Leonardus Benny Moerdani Telah Pergi Ke Rumah Bapa
Tuesday, Aug. 31, 2004 Posted: 4:15:43PM PST
Bayangan Pak Harto Itu Berlalu. Ada yang agak lain pada wajah patung Benny Moerdani di Merauke. Di pipi kanan patung untuk menghormatinya terkait perebutan Irian Barat 1962 itu ada sedikit tompel. Boleh jadi, ada orang yang pernah melemparnya. Tapi, tompel itu tak mengurangi kegagahan patung sang perwira berbaret merah yang digambarkan baru saja mendarat dalam penerjunan militer tersebut.
Kemarin Jenderal TNI (pur) Leonardus Benjamin "Benny" Moerdani sudah "mendarat" ke alam lain. Diiringi letusan salvo, jenazahnya diturunkan sepuluh prajurit ke liang lahat di TMP Kalibata kemarin pukul 13.30. Tugasnya di medan kehidupan selama 72 tahun sudah selesai lantaran stroke dan radang paru-paru. Dia mengembuskan napas terakhir di ICU Paviliun Kartika RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, kemarin dini hari sekitar pukul 01.15. Selain Panglima TNI Endriartono Sutarto yang memimpin upacara pemakaman, KSAU Chappy Hakim, KSAL Bernard K. Sondakh, KSAD Ryamizard Ryacudu, Kapolda Firman Gani, Jenderal (pur) Try Sutrisno, Jenderal (pur) Agum Gumelar, dan Letjen (pur) Prabowo Subianto juga terlihat khusyuk mengikuti prosesi pemakaman Benny.
Jenazah kakek lima cucu itu lalu disemayamkan di rumah duka, Jl Terusan Hang Lekir, Kebayoran Baru. Selanjutnya, peti jenazah Benny yang diselimuti merah putih dibawa ke Mabes TNI-AD. Saat di sanalah, Presiden Megawati melayat. Benny kemudian dimakamkan dengan upacara militer. Kepergian Benny ke alam keabadian mewariskan persepsi warna-warni.
Banyak yang mengenangnya sebagai prajurit sejati yang gagah atau prajurit negarawan. Juga banyak yang mengenang sosoknya dengan "tompel". Jenderal asal Cepu, Jawa Tengah, itu memang meninggalkan banyak jejak semasa Orde Baru masih gagah perkasa. Selain Pak Harto, boleh jadi dialah jenderal yang banyak disebut paling berpengaruh saat itu. Wajah beku Benny kerap hadir di banyak peristiwa yang menonjol. Bayang-bayangnya masih kerap berkelebat dalam banyak pembicaraan politik, bahkan setelah dia terpaku di rumahnya karena stroke sejak empat tahun lalu.
Kesan pengaruh tokoh kelahiran 2 Oktober 1932 itu sangat kuat karena namanya kerap disebut setelah Pak Harto. Kebetulan, saat perebutan Irian Barat yang dikomandani Mayor Jenderal Soeharto itu pun, Mayor Benny yang memimpin Operasi Naga ikut mendapatkan reputasi karena berhasil memimpin penyusupan. Ada pahlawan besar, ada pahlawan kecil yang membayangi. Setelah itu jeda. Benny absen sekitar 1967-1974 karena bertugas di luar negeri (Kuala Lumpur dan Seoul) sebagai diplomat. Di era akhir 1960-an hingga awal 1970-an itu, nama yang membayangi Pak Harto adalah mendiang Jenderal Ali Moertopo, yang juga salah satu mentor Benny di bidang intelijen.
Jabatan kemudian Benny di bidang intelijen itulah, yang banyak membentuk citranya. Sejak diangkat sebagai pimpinan Satgas Intelijen Kopkamtib (1974), penganut Katolik taat ini kerap disebut oleh kalangan aktivis dan kelompok yang kritis kepada pemerintah dengan nada gentar. Terlebih kemudian dia terus menanjak di dunia telik sandi itu dengan menjabat asisten intelijen Hankam, juga kepala pusat Badan Intelijen Strategis (Bais). Hingga akhirnya Benny bisa meraih posisi puncak dengan menjadi panglima ABRI sekaligus panglima Kopkamtib sampai 1988. Pada saat Benny berkuasa di militer dan lembaga ekstrayudisial (Kopkamtib) itulah, terjadi Peristiwa Priok 1984. Dengan berbagai pendahuluan banyak peristiwa penangkapan ataupun pemenjaraan aktivis muslim, Benny kerap dianggap sebagai orang yang sengaja memojokkan golongan mereka.
Next Page: 1 | 2 |
|