Malam Kasih & Persaudaraan Indonesia
Refleksi singkat sejumlah tokoh agama dan masyarakat mengenai makna kemerdekaan
Monday, Aug. 29, 2005 Posted: 2:33:57PM PST
|
(Atas) Paduan Suara dari Gereja HKBP. (Bawah) Paduan Suara dari Gereja Advent. (Sandra P./KP) |
|
|
|
(Atas) Pdt Shepard Supit dari Gereja Rakyat. (Bawah) A.S Hikam. (Sandra P./KP) |
Pada hari Sabtu 27 Agustus kemarin, tepat pukul 18.00 WIB, bertempat di pelataran Tugu Proklamasi, Jakarta, berlangsung acara Malam Kasih dan Persaudaraan Indonesia. Hadir dalam acara tersebut: Pdt Shepard Supit dari Gereja Rakyat, Ir. Ricky R.J.S Umboh Ketua DPD Gamki Jakarta, Pengusaha Ibu Afung, A.S Hikam, Aan Rukmana dari Universitas Paramadina, perwakilan dari Konghucu (Matakin) dan Hindu (Prada Hindu. Dari gereja sendiri hadir perwakilan dari HKBP, Baptis, Advent, GKJ, GBI, Bala Keselamatan dan lain-lain.
Turut meramaikan acara pada malam itu, antara lain paduan suara HKBP, paduan suara Baptis Kalvari, Trio Bermazmur dan lain-lain. Pelawak Sion Gideon turut memberi penghiburan tersendiri bagi umat yang hadir dan mampu menghidupkan suasana acara yang berlangsung lebih dari 3jam.
Menurut Ketua Panitia I Ir. Albert Siagian, tujuan acara ini adalah sebagai ucapan syukur atas HUT Kemerdekaan RI ke-60. Selain itu, bagi kalangan Kristiani, adalah untuk menggugah umat untuk ikut memiliki bangsa ini, bahwa yang Kristen juga berperan merebut kemerdekaan. "Jika kita berpikir tidak bisa berbuat apa-apa hanya karena merasa minoritas, ini adalah jawaban yang salah," kata Siagian di sela-sela acara.
Dalam suatu kesempatan, Dr. Sukowaluyo Mintorahardjo, membawakan refleksi 60 tahun Indonesia merdeka berjudul" Menggugah Kembali Semangat Kebangsaan dan Multikulturalisme". Ia menyatakan, "Enam puluh tahun Indonesia merdeka memang sudah banyak kemajuan yang telah kita capai, tetapi juga masih banyak hal yang belum kita capai, bahkan mungkin apa yang kita cita-citakan itu semakin jauh dari gapaian tangan kita."
"Transformasi semangat kebangsaan dan penegasan multikulturalisme adalah sebuah kebutuhan yang tidak dapat ditawar-tawar. Keberagaman dan kemajemukan yang kita miliki seyogyanya menjadi sebuah inspirasi kita dalam upaya membangun bangsa dan negara yang bermartabat, berkeadaban, dan terhormat di tengah bangsa-bangsa di dunia," lanjut Sukowaluyo.
Pdt Erastus Sabdono dari GBI Rehobot dalam kotbahnya mengatakan, kemiskinan di Indonesia bukanlah kemiskinan fisik tapi kemiskinan jiwa. "Kemiskinan jiwa tidak bisa diperbaiki dalam waktu 1 bulan. Jika kita tidak bangun kepribadian mental, bangsa kita akan bobrok. Orang-orang muda sekarang harus bangun kepribadian, kamu harus sempurna seperti Bapa," tegasnya.
"Pertama kita harus tulus. Kedua, orang-orang muda harus sehat. Kita harus merdeka bukan hanya secara de yure tapi fisik yang sehat adalah merdeka yang sesungguhnya. Ketiga, orang muda harus mengoptimalkan potensi yang ada. Keempat, orang-orang muda harus berani mati untuk Tuhan," lanjut Sabdono.
Sementara itu, mantan Menteri Keuangan, A.S Hikam dalam refleksinya menyampaikan bahwa tanpa adanya harapan kemungkinan kita bisa berhasil, semua itu adalah diakibatkan kekhawatiran. Kekhawatiran bisa menjadi cambuk buat kita. Untuk itu kita harus memiliki harapan karena Tuhan yang memberi harapan kepada umatNya. "Intinya, kita masih punya harapan baik untuk maju dan agar harapan itu bisa kita berikan semuanya, maka yang terpenting adalah saling percaya, baik dengan umat seagama, antar umat agama lain atau rakyat dengan pemerintah. Semua diawali dengan trust," ucap Hikam.
Next Page: 1 | 2 |
Eva N.
|