Imam Diosesan Indonesia Minta Uskup Memberdayakan Ketrampilan Mencari & Mengolah Data
Monday, Jul. 11, 2005 Posted: 11:38:04AM PST
Ketika para imam diosesan Indonesia menyelesaikan pertemuan tiga tahunan yang kedelapan, mereka meminta para uskup untuk memberdayakan mereka dengan ketrampilan yang sangat diperlukan dalam berpastoral, terlebih ketrampilan melakukan riset sebagai landasan yang semakin solid bagi karya pastoral.
"Kami sungguh berharap para uskup memperkaya dan memberdayakan para imam diosesan dengan sejumlah ketrampilan yang sangat dibutuhkan untuk karya pastoral, khususnya ketrampilan mencari dan mengolah data sebagai dasar berpastoral," kata rekomendasi para anggota Unio Indonesia. Forum solidaritas para imam diosesan di tanah air itu mengadakan Munas Nasional Ke-8 di Bali, 27-30 Juni, yang diberitakan Mirifica.
Para imam tinggal selama tiga hari di rumah umat Katolik di Palasari, sebuah desa Katolik yang terletak 90 kilometer barat Denpasar. Saat berada di sana, mereka mengumpulkan informasi tentang warga desa dan kebutuhan mereka sebagai latihan praktis.
Rekomendasi yang dihasilkan peserta temanya sama dengan tema Munas itu yakni, "Imam Diosesan dalam Suka dan Duka di tengah Umat." Tema itu meminta Unio Indonesia untuk memberikan informasi dan on-going formation bagi para imam, khususnya imam-imam yang berkarya di daerah pedalaman.
Rekomendasi ini muncul dari sharing para imam tentang keadaan mereka di keuskupan masing-masing serta pengalaman mereka selama tinggal bersama dan melakukan survei terhadap umat paroki di Palasari.
Pastor Stanislaus Ferry Sutrisna Wijaya, yang terpilih kembali sebagai Ketua Unio Indonesia untuk tiga tahun mendatang mengatakan, survei itu membantu para imam menyadari perlunya melandaskan program-program pastoral pada data faktual. "Selama ini, banyak imam melakukan karya pastoral hanya berdasarkan perasaan dan asumsi mereka," katanya kepada UCA News, tapi pengalaman mereka selama Munas mendorong mereka "untuk melakukan karya pastoral berdasarkan data sesungguhnya dan obyektif."
Peserta juga mendesak para uskup agar mengupayakan berkembangnya imam-imam diosesan di keuskupan masing-masing, terutama di keuskupan yang belum ada imam diosesan asli.
Monsignor Novatus Rugambwa, penasihat Duta Vatikan untuk Indonesia, mengatakan kepada UCA News, pengalaman tinggal bersama keluarga di Palasari bisa membantu para imam memahami dengan lebih baik situasi nyata umat paroki dan membawa pengalaman mereka kembali ke keuskupan mereka masing-masing.
Terkesan oleh kenyataan bahwa kebanyakan peserta berusia 30-an, ia berharap agar seminari-seminari di tanah air akan "selalu memproduksi imam-imam yang baik, suci, dan mampu melanjutkan misi Kristus."
Kepala desa, kepala paroki, dan penduduk desa yang semuanya Katolik itu menyambut 107 peserta, termasuk Monsignor Julio Daniel Botia Aponte (Ketua International Apostolic Union of the Clergy yang berbasis di Roma), Monsignor Rugambwa, empat uskup Indonesia, empat imam dari Filipina, dan dua imam dari Malaysia.
Seorang warga desa mengatakan kepada UCA News, ini pertama kalinya ia merasakan persekutuan dengan para imam diosesan. "Saya harap, mereka pulang untuk memperteguh iman umat parokinya," kata wanita itu.
Next Page: 1 | 2 |
Eva N.
|