Program Melek Huruf LAI Berikan Ketrampilan Dasar untuk Ribuan Orang di Indonesia
Sekitar 2.300 orang dengan sukses mencapai setidaknya beberapa tingkat dari kemampuan membaca lewat program Melek Huruf Lembaga Alkitab Indonesia
Friday, Jun. 24, 2005 Posted: 3:58:06PM PST
|
Para pelajar tua dan muda di salah satu kelas yang dijalankan lewat para pengajar local oleh Lembaga Alkitab Indonesia di Timor Tengah Selatan pada tahun 2004 (foto:IBS) |
|
Seorang ibu dan anaknya perempuannya pada salah satu kelas yang dijalankan lewat para pengajar local oleh Lembaga Alkitab Indonesia di Timor Tengah Selatan pada tahun 2004 (foto:IBS) |
Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) dalam kerjasamanya dengan gereja-gereja lokal, bekerja untuk memberikan kemampuan membaca kepada ribuan orang dewasa dan anak-anak di propinsi Timor Tengah Selatan selama lebih dari sembilan bulan.
Sejak tahun lalu, orang-orang dari latar belakang yang berbeda – para guru, petani, tua-tua gereja dan pendeta, diantara yang lain – dipanggil kedalam pelayanan oleh LAI untuk membantu dengan proyek melek huruf ini.
"Kesabaran dan ketekunan adalah suatu keharusan bagi para pengajar," kata Budi Kadarmanto, kepala Departemen Komunikasi LAI. Menurut United Bible Societies (UBS) dimana LAI menjadi anggota didalamnya – mereka yang menghadiri kelas amat beranekaragam dalam umur dan karakter, ini memberikan tantangan bagi para pengajar.
Masalah lain adalah para pelajar dewasa mempunyai banyak tanggung jawab, salah satu dari 200 pengajar menjelaskan.
"Saat mereka belajar perhatian mereka kadangkala ada di tempat lain, mungkin di ladang mereka, anak-anak atau ternak mereka," katanya, menurut UBS. "Untuk menghadapi hal ini, saya menarik perhatian mereka dengan mengundang mereka bernyanyi bersama saya, karena mereka menikmati bernyanyi sebelum mulai berfokus pada pelajaran mereka."
UBS melaporkan bahwa untuk beberapa pelajar bahkan untuk masuk kelas membutuhkan pertimbangan dari pengorbanan waktu dan energi.
"Banyak dari para petani yang tidak bisa meninggalkan ladang mereka untuk waktu yang lama. Sedang yang lain ada pekerjaan di rumah," lapor UBS.
Satu partisipan mengatakan mereka harus berjalan sejauh 2 kilometer untuk bergabung dengan kelompok belajar.
"Saya membawa bayi saya bersama saya saat saya belajar karena tidak ada seorang pun di rumah," kata salah satu peserta.
Menurut UBS, usaha para pengajar dalam membimbing para peserta menuju level dasar dari baca-tulis didukung oleh koordinator wilayah, biasanya pendeta, yang juga perlu untuk punya pengertian sepenuhnya dari tipe latar belakang para pelajar yang akan datang. Koordinator membuat kunjungan regular untuk melihat kelas berlangsung, dan pada kunjungan seperti ini seringkali bertemu orang seperti Yusak Bin – umur 25 tahun, yang mengatakan bahwa amat antusias mengenai pengaruh dari melek huruf di kehidupan mereka yang mana mereka ingin bagikan kemampuan ini kepada yang lain.
"Saya tak pernah ke sekolah seumur hidup saya, jadi saya tak pernah tahu mengenai alfabet atau angka-angka," kata Bin, menurut UBS. "Tapi sekarang saya bisa membaca dan menulis. Ini begitu indah bagi saya. Saya ingin teman-teman saya yang tidak bisa membaca dan menulis untuk mempunyai kesempatan seperti ini juga, dan saya ingin membantu mereka."
Milka Derma Manguma, yang bertanggung jawab atas program baca-tulis, mengatakan memiliki kemampuan baca-tulis juga dapat meningkatkan orang-orang akan Kitab Suci.
"Adalah penting bagi mereka tidak hanya belajar membaca dan menulis," katanya. "Mereka juga harus tahu Firman Tuhan dengan hati. Saya harap gereja-gereja dan pemerintah lokal akan melanjutkan apa yang telah di mulai oleh LAI, agar semua kaum Kristiani di Timor Tengah Selatan dapat membaca Firman Tuhan untuk diri mereka sendiri dan mengerti apa yang dimaksudkan oleh Alkitab."
Next Page: 1 | 2 |
Yunita Tjokrodinata
|