Memperingati Hari Buruh, Pastoral Perburuhan Keuskupan Bandung Adakan Sarasehan
Bertemakan "Menguatkan Diri Untuk Meraih Peluang"
Monday, May. 9, 2005 Posted: 12:52:26PM PST
Dalam rangka Hari Buruh Sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Mei, Pastoral Perburuhan Keuskupan Bandung (PPKB), menyelenggarakan acara sarasehan pada bertema "Menguatkan Diri Untuk Meraih Peluang" pada hari Minggu, 1 Mei 2005, yang dilaporkan UCA News.
Sarasehan itu dihadiri lebih dari 150 peserta dair umat Katolik dari Kelompok Kerja Muda Katolik paroki dan juga dihadiri oleh aktivis-aktivis dari berbagai LSM.
Pastor Bernardus Jumiana, koordinator PPKB kepada UCA News mengatakan, “Didasarkan pada realitas para buruh di lapangan yang semakin terpuruk, kami berusaha memberi terobosan baru melalui sarasehan ini untuk membantu kaum buruh mengembangkan diri mereka.”
Ia mengungkapkan harapannya bahwa para pekerja Indonesia bisa mengembangkan suatu kesadaran baru tentang perjuangan, "sehingga mereka tidak melulu menuntut haknya tetapi juga harus tahu kewajiban dan tugas-tugas yang diembannya."
Dalam peringatan Hari Buruh, katanya, PPKB tidak akan ikut berbagai reli, "karena orientasi kami adalah berusaha lewat pemberdayaan diri, bukan lewat reli-reli di jalanan."
Di Jakarta, Pastor Ignatius Swasono SJ, direktur Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta (LDD KAJ), berbagi pandangan serupa.
Ia mengatakan kepada UCA News 28 April, untuk memperingati Hari Buruh se-Dunia 2005, LDD KAJ memfasilitasi pertemuan dan sharing bersama antara para pengusaha Katolik dan para buruh Katolik dari sekitar wilayah KAJ. "Kami mengadakan refleksi bersama tentang buruh pabrik dan para pengusaha," katanya.
Dalam pertemuan itu, demikian menurut imam Yesuit itu, para buruh Bekasi, Bogor, Jakarta, Serang, dan Tangerang serta 25 pelaku bisnis, sehinga semuanya berjumlah 142 orang, secara terbuka saling berbagi kesulitan mereka dan berusaha saling pengertian.
Dialog itu diadakan "untuk mencari kompromi-kompromi atas persoalan-persoalan yang dihadapi buruh dan majikan sekarang ini," katanya. Sulit bagi kedua pihak untuk mengembangkan suatu hubungan yang baik, jelasnya, karena para pengusaha terfokus pada kelangsungan hidup perusahaan, sementara para buruh menuntut perlakuan yang lebih manusiawi.
Menurut Pastor Swasono, pertemuan 17 April di pusat pastoral KAJ itu berhasil menyingkapkan berbagai persoalan buruh sekarang ini, khususnya sistem kerja kontrak yang tidak menjamin keamanan kerja.
"Sistem kontrak melemahkan nilai tawar para buruh. Persoalan buruh bukan saja upah. Mereka perlu diperlakukan sebagai manusia. Para buruh bukan mesin, tapi manusia, citra Allah," katanya.
"Gereja hanya menyuarakan kepada para pengusaha Katolik untuk tetap menjaga persaudaraan sejati, dan tetap memperlakukan buruh sebagai mitra kerja. Gereja juga meminta kaum buruh untuk menyelesaikan persoalan melalui dialog, bukan lewat demo-demo penuh kekerasan," katanya.
Sementara itu di Malang, sekitar 100 anggota Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) mengadakan reli, dan mengadakan orasi menuntut perbaikan hak-hak buruh.
Para mahasiswa mendesak seluruh masyarakat Malang untuk meminta pemerintah menjadikan Hari Buruh sebagai hari libur umum "untuk memberi penghormatan kepada kaum buruh yang bekerja demi kepentingan orang banyak."
Next Page: 1 | 2 |
Eva N.
|