Adolf Heuken Menebar Kasih dengan Berbagi Ilmu
Adolf Heuken, Pria Kelahiran Jerman Yang Menerbitkan Buku Kerohanian dan Sejarah Perkembangan Jakarta
Monday, Mar. 21, 2005 Posted: 10:31:50PM PST
Banyak cara dapat dilakukan untuk mengabdikan kepada Tuhan. Salah satunya yang dilakukan Romo Adolf Heuken SJ, pastor asal Jerman. Penulis situs-situs sejarah Jakarta berusia 75 tahun ini mengabdikan diri dengan membagi pengetahuan dan ilmu kerohanian kepada masyarakat melalui buku-buku yang ditulisnya. Heuken menjelaskan, " banyak buku tentang spiritualitas kehidupan rohani, doa, suplemen gereja Katolik," demikian penjelasannya kepada media liputan6 baru-baru ini tentang buku-buku rohani yang pernah ditulisnya di Jakarta.
Heuken kelahiran Coesfeld, Jerman, itu datang pertama kali ke Jakarta pada 1963 dalam misi pengembangan Nasrani. Awalnya Heuken memilih menjadi dosen filsafat dan teologi di Universitas Sanata Dharma--dulu Institut Kejuruan Ilmu Pengetahuan--Yogyakarta. Namun dorongan untuk menulis yang dimiliki Heuken sejak belia ternyata tak bisa dihilangkan. Pada 1967, Heuken pun memutuskan mendirikan Yayasan Cipta Loka Caraka di Jakarta.
Di yayasan itulah, Heuken mengerahkan hidupnya. Tak hanya menulis, pria ini juga terjun langsung dalam proses pengeditan dan pengaturan lay out buku, hingga pemasaran. Belum setengah abad yayasan berdiri, Heuken telah berhasil menerbitkan ratusan buku rohani yang dipasarkan melalui sejumlah toko buku dan lembaga gereja. Seluruh buku yang telah diterbitkan, kini, tertata rapi di rak lemari di kantornya. Dari sekitar 200 buku yang diterbitkan yayasan, 50 di antaranya ditulis Heuken. "Yang lain merupakan terjemahan atau saduran dari buku dalam bahasa Inggris, Jerman atau Belanda," jelas Heuken.
Bagi Heuken, menulis buku bukan sekadar menyalurkan keinginan pribadi. Tapi lebih dari itu adalah bentuk pengabdian kepada Tuhan. "Semacam pelayanan kepada umat," tambah dia. Mempelajari sejarah adalah hal lain yang sangat diminati Heuken. Hal ini menjadi awal lahirnya karya-karya tulis tentang sejarah perkembangan kota dan tempat peribadatan di Jakarta. Dari tulisan-tulisan sejarah itulah nama Heuken kian melambung.
Internet, dokumen-dokumen sejarah serta puluhan buku yang diterbitkan di berbagai negara dalam berbagai bahasa akhirnya menjadi sumber Heuken dalam menyelesaikan karya tulisnya. Melalui buku sejarah yang ditulisnya, Heuken berusaha mengajak pembaca untuk melihat berbagai aspek sosial masyarakat dan problem yang berkembang saat itu.
Buku-buku karya Heuken tentang sejarah Jakarta, di antaranya Sumber-sumber Asli Sejarah Jakarta (1999), Klenteng-klenteng dan Masyarakat Tionghoa di Jakarta (1999), Mesjid-mesjid Tua di Jakarta (2003) dan Gereja-gereja Tua di Jakarta (2003). Nama Heuken kian melejit setelah ia merampungkan buku Historical Sites of Jakarta.
Heuken percaya bahwa sebuah sejarah akan berulang. Dan ia pun sangat yakin bahwa kegagalan untuk melakukan perubahan masa kini disebabkan kurangnya minat untuk mempelajari masa lalu. "Ada pepatah bahwa sejarah bisa menjadi guru. Saya kira itu benar. Tapi kenyataannya orang tidak belajar dari sejarah. Bikin kesalahan terus-menerus yang sama," Heuken menyayangkan.
Next Page: 1 | 2 |
Eva N.
|