Menanti Gelombang Film Rohani Versi Hollywood
Thursday, Nov. 10, 2005 Posted: 6:24:04PM PST
Film-film bernapaskan rohani tampaknya menemukan momentum baru. Film semacam itu ternyata mampu bersaing dengan film aksi, komedi, fantasi, atau pun film yang menguji kekuatan jantung penontonnya.
Bagi industri film Hollywood, fenomena ini jelas merupakan peluang untuk menangguk untung.
Sukses besar film The Passion dengan sutradara Mel Gibson tahun lalu mendorong para pembuat film di Hollywood meluncurkan film rohani baru awal bulan Desember nanti.
Film yang tampaknya dipersiapkan untuk menyambut hari Natal itu berjudul The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch and the Wardrobe. Tema film itu sudah populer khususnya di kalangan pembaca karya CS Lewis.
Film rohani itu memang berjudul sama dengan judul buku karya Lewis. Pelaku industri hiburan Walt Disney, tanpa ragu mendukung pembuatan film itu.
Scott Derrickson yang sukses dengan film The Exorcism of Emily Rose mengkritik media massa yang menganggap remeh film-film bernafaskan rohani.
Ia bertekad membuat film bertemakan hal-hal yang menyangkut eksistensi hidup manusia yakni tentang Tuhan, kerohanian, dan juga tentang iblis.
Majalah Newsweek edisi 7 November 2005 dalam laporannya menyebutkan, film Narnia menelan biaya sebesar US$ 150 juta.
Beberapa sumber lain bahkan memperkirakan film itu dibuat dengan biaya hampir US$ 200 juta. Namun produser film itu sama sekali tidak khawatir dengan besarnya biaya pembuatan film itu. Walt Disney Pictures dan Walden Media yang memproduksi film itu optimistis mampu meraup keuntungan besar dari film itu.
Selain film Narnia, Disney juga memasarkan film The Greatest Game Ever Played di kalangan gereja-gereja September lalu.
"Tema film tersebut menyangkut kehidupan keluarga, semangat mengejar cita-cita perjuangan yang sebenarnya merupakan nilai-nilai sekuler biasa namun dapat juga merupakan nilai-nilai Kristiani," kata Dennis Rice dari Walt Disney Studios.
Maraknya film-film rohani terbukti mampu mengubah pandangan kalangan gereja yang sebelumnya gencar mengkritik film-film kekerasan dan porno.
Sekarang mereka menyadari kritikan saja tidak akan mampu meredam film-film yang dianggap merusak moral generasi muda.
Langkah cerdas yang mereka lakukan sekarang ialah menuntun jemaatnya untuk menonton film-film yang mempromosikan nilai-nilai Kristiani
Sumber: Suara Pembaruan
Shinta Marthawati
|