Sensasi Komersial Novel the Da Vinci Code
Monday, Sep. 12, 2005 Posted: 2:59:57PM PST
Tak sedikit orang yang pernah mendengar dan membaca novel the Da Vinci Code (DVC) karya Dan Brown. Novel ini di negara asalnya diterbitkan oleh penerbit Doubleday pada tanggal 18 Maret 2003. Novel tersebut juga telah diterbitkan dalam edisi bahasa Indonesia oleh penerbit lokal, Serambi, pada tahun 2004 yang lalu.
Novel DVC bercerita tentang seorang profesor ahli simbol dari Harvard bernama Robert Langdon yang datang ke Museum Louvre di Paris untuk memecahkan simbol. Secara tak sengaja, profesor tersebut kemudian terlibat dalam konspirasi yang berkaitan dengan sejarah agama Katolik/Kristen.
Brown dengan cermat mengaitkan kode-kode dari karya seniman kawakan Leonardo da Vinci dengan sejarah agama Katolik/Kristen serta membuat berbagai klaim yang mendeskreditkan kebenaran iman kepercayaan agama tersebut. Misalnya, Brown mengemukakan bahwa Yesus Kristus pernah menikah dengan Maria Magdalena dan mempunyai anak yang hingga kini keturunannya masih ada di dunia.
Hal ini sangatlah bertentangan dengan iman kepercayaan umat Kristiani, karena umat Kristiani percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang tidak pernah menikah apalagi mempunyai anak.
Brown sendiri adalah seorang guru bahasa Inggris yang kini berusia 41 tahun. Dalam menulis novel, Brown sangat terinspirasi novel kriminal karya Sydney Sheldon dan berbagai buku beraliran 'new age' yang sedari dulu selalu membuat spekulasi-spekulasi mengenai sejarah dan teori-teori konspirasi, termasuk di dalamnya sejarah agama-agama di dunia. Para ahli sejarah dan ahli agama sendiri malas untuk menggubris buku-buku beraliran 'new age' ini karena sangat diragukan kebenarannya.
Kembali ke novel DVC, pada dasarnya kisah dari novel ini masih dalam batas normal. Tema yang diangkat juga sudah sering dijadikan topik tulisan. Namun, ada hal fenomenal dari novel ini, yaitu sebuah kalimat yang berada di halaman kedua novel tersebut yang berbunyi, "Semua deskripsi dari karya seni, arsitektur, dokumen dan rahasia ritual dalam novel ini adalah akurat."
Klaim ini membingungkan para pembaca karena definisi sebuah novel adalah mutlak sebuah fiksi dengan tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian fiktif. Lalu bagaimana mungkin sebuah buku dikategorikan sebagai novel tetapi isinya bukan fiksi? Selain membingungkan, klaim tersebut juga menimbulkan debat panjang di dunia terutama berkaitan dengan sejarah agama Katolik/Kristen. Karena bila buku DVC tersebut adalah akurat, iman umat Kristiani di seluruh dunia salah.
Walaupun dipojokkan, umat Kristiani seluruh dunia tidak mencekal atau menangkap atau pun menyakiti Brown. Dia tetap dibiarkan bebas menghirup udara segar dan menikmati royaltinya. Umat Kristiani sendiri tak tergoyahkan iman kepercayaanya oleh karena buku ini.
Dan, orang-orang non-Kristiani juga tetap hormat dan simpati terhadap umat Kristiani. Buktinya, pemakaman Paus Yohanes Paulus ke-2 yang lalu merupakan pemakaman tokoh penting dunia yang paling spektakuler abad ini dengan dihadiri ratusan kepala negara dan para pemimpin agama dunia.
Sejak awal 2005, terungkaplah bahwa di balik fenomena novel DVC ini adalah faktor komersil belaka. Kalimat penuh sensasi "Semua deskripsi dari karya seni, arsitektur, dokumen dan rahasia ritual dalam novel ini adalah akurat" ternyata semata-mata merupakan sebuah kalimat promosi belaka yang dibuat oleh Doubleday.
Next Page: 1 | 2 | 3 |
|