Bahaya Terbesar Gereja adalah Perpecahan
Konferensi Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta Indonesia Sulut Dibuka
Thursday, Oct. 27, 2005 Posted: 4:02:31PM PST
Tantangan orang Kristen di Indonesia dewasa ini memang makin kompleks. Pergumulan demi pergumulan silih berganti berdatangan tanpa mengenal waktu. Bahkan jika kondisi ini diperhatikan, baik melalui tayangan televisi maupun pemberitaan di koran, keberadaan orang Kristen seakan tak memiliki pengharapan. Hal ini memberi bukti bahwa eksistensi kaum minoritas mulai terancam. Jadi dalam kondisi demikian persatuan dan kesatuan merupakan kunci pokok dalam mengatasi persoalan.
Hal itu diungkapkan Wakil Gubernur Sulut, Freddy Harry Sualang ketika membuka Konferensi Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta Indonesia (PGPI) Sulut, di jemaat GPdI Tikala Rabu (26/10) kemarin.
Dikatakan Sualang, jika persatuan ini tidak dikedepankan bukan tidak mungkin jika gereja nantinya akan terpinggirkan. "Kita ketahui bahwa Roh Kudus itu mempersatukan. Namun manusia yang cenderung menginginkan perpecahan. Jika kita tidak bersatu maka kita akan terpinggirkan. Kristus saja dalam doanya mengatakan agar kita semua menjadi satu. Untuk itu hilangkan segala ambisi yang pada akhirnya hanya menimbulkan perpecahan," ujarnya seraya menegaskan bahwa bahaya terbesar gereja saat ini adalah perpecahan.
Selain itu Sualang yang sekaligus membuka kegiatan ini secara resmi menitip pesan, agar Konferensi PGPI ini benar-benar dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik dan meningkatkan kualitas iman. "Kegiatan ini kiranya menjadi ajang penyatuan jemaat dan dapat mengoptimalkan pelayanan. Khususnya dalam memberi kontribusi pembangunan masyarakat dan gereja."
Sementara itu, Ketua Umum PGPI pusat, Pdt Soehandoko dalam penyampaian kotbahnya, mengajak hamba-hamba Tuhan yang hadir untuk dapat tampil sebagai pribadi yang memiliki karakter seperti Kristus. “Dunia yang serba tidak pasti seperti sekarang ini memerlukan tampilan pemimpin yang memiliki karakter seperti Kristus. Yakni memiliki cara dan sikap yang berbeda dengan dunia ini. Sehingga apa yang ditampilkan itu nantinya akan menjadi teladan,” tandas Soehandoko. Ia menambahkan bahwa pemimpin harus mampu menjadi alat, dan dapat mempersatukan perbedaan.
Konferensi yang dihadiri sekitar 600-an hamba Tuhan yang terdiri dari pimpinan daerah kabupaten/kota dan gembala-gembala khusus ini, menurut Ketua Umum PGPI Sulut, Pdt Dr Lefrant Lapian MA yang didampingi salah satu Ketua PGPI Sulut, Pdt Honny Supit Sirapanji dan Ketua Panitia Penyelenggara Pdt Edwin Sumilat STh mengatakan kegiatan ini merupakan sarana konsolidasi iman dari gereja-gereja aliran Pentakosta di Sulut yang akan membahas dan menetapkan program kerja daerah.
“Konferensi ini merupakan sarana bagi hamba-hamba Tuhan yang tergabung dalam wadah PGPI untuk mempersatukan kinerja gereja dalam upaya gereja melakukan kontribusi bagi pemerintah dalam pembangunan serta melakukan evaluasi,” papar Lapian.
Turut hadir dalam kegiatan ini, Kabid Urusan Agama Kristen Kanwil Depag Sulut, Pdt Ross Pontororing-Bastian MSi.
Eva N.
|