Tokoh Agama Dan Awam Tertipu Oknum di Lembata
Sekitar 70-80 orang tokoh agama yang terdiri dari pastor, pendeta, imam masjid dan kaum awam, yang direkrut sebagai tenaga penyuluh agama, merasa tertipu oleh oknum pejabat di Kantor Departemen Agama (Depag) Kabupaten Lembata
Wednesday, Aug. 3, 2005 Posted: 2:58:22PM PST
Sekitar 70-80 orang tokoh agama yang terdiri dari pastor, pendeta, imam masjid dan kaum awam, yang direkrut sebagai tenaga penyuluh agama, merasa tertipu oleh oknum pejabat di Kantor Departemen Agama (Depag) Kabupaten Lembata.
Modus operandinya adalah mencatut nama mereka menjadi tenaga penyuluh dan mendapat sejumlah honor bulanan dan uang transportasi. Tetapi uang tersebut tak kunjung diserahkan selama dua tahun berturut-turut. Sebagian tenaga penyuluh memperoleh honor, tetapi jumlahnya tidak utuh.
Hal itu diungkapkan Romo Arnold Verstralen, Pr, Romo Sinyo da Gomez, Pr, Pdt. Zeth Sabu Bayang, S.Th, dan Pdt. Kiki Yohanes Husein, S.Th pekan lalu, Pos Kupang memberitakan.
Para pastor, pendeta maupun beberapa kaum awam itu menjelaskan, dana penyuluh yang dikelola Departemen Agama Lembata selama tahun 2003 dan 2004 tidak transparan, manipulatif dan cuma tipu muslihat.
Menurut data yang dihimpun Pos Kupang, dana penyuluh Depag Lembata selama dua tahun anggaran itu mencapai Rp 159.360.000,00. Dalam tahun 2003 dialokasikan Rp 75.720.000,00 bagi 112 penyuluh dari agama Katolik, Islam, Kristen dan Hindu. Dan, di tahun 2004 dialokasikan Rp 83.640.000,00 untuk diberikan kepada 100 penyuluh.
Romo Deken Lembata, Romo Sinyo da Gomez, Pr menegaskan, para pastor, suster, pendeta, dan banyak kaum awam hanya dicatut namanya untuk kepentingan pengelolaan dana penyuluh Depag Lembata. Meskipun nama-nama mereka telah didaftar menerima dana penyuluh, tetapi hampir seluruhnya tidak memperoleh haknya secara proporsional.
"Pernah ada pegawai Depag Lembata yang datang ke sini menyerahkan uang itu tahun lalu. Ada sebagian teman-teman pastor, suster terima uang Rp 250.000,00. Tetapi setelah Romo Arnold Verstralen menyodorkan data-data alokasi honor itu, ternyata jumlah yang diterima tidak utuh. Pertanyaan saya, ke mana uang-uang itu?" tanya Romo Sinyo, yang dihubungi di pendopo Dekenat Lewoleba, Jalan Trans Lembata.
Ketika berlangsung rapat di dekenat, kata Romo Sinyo, meski bukan menjadi agenda pembicaraan tetapi ketika kasus ini diangkat para pastor, agenda ini kemudian berkembang menjadi perbincangan ramai. "Para pastor bertanya-tanya, ke mana uang itu? Karena banyak sekali teman-teman pastor dan suster yang tidak memperoleh uang itu. Bahkan waktu itu ada niat di kalangan teman-teman pastor menanyakan langsung kepada Kepala Depag Lembata, Yoseph K Werang," kata Romo Sinyo.
Romo Arnold menjelaskan, selama tahun 2003, semasa menjadi Pastor Paroki Hadakewa, Kecamatan Lebatukan, ia menerima uang Rp 150.000,00. Teman-temannya juga menerima jumlah yang sama dari Depag Lembata. Di tahun 2004, ia menerima Rp 250.000,00 dari Depag Lembata. "Dikasih, ya... saya terima saja. Uangnya saya simpan, karena setahu saya, uang ini bermasalah dan belum diselesaikan. Ini kan lanjutan persoalan dari 2004. Menurut pengetahuan saya, jumlahnya bukan Rp 150.000,00 setahun atau Rp 250.000,00 setahun," tegas Romo Arnold.
Sepengetahuannya, kata Romo Arnold, penyuluh media akan menerima uang penyuluh (honor dan transport) Rp 840.000,00 belum dikurangi pajak. Sedangkan penyuluh madya menerima honor dan transport Rp 720.000,00. "Kemungkinan tidak semua pastor dapat uang ini. Memang ada yang dapat, tapi jumlahnya tidak utuh. Saya pernah tanya kepada para suster di Lewoleba dan Boto yang namanya terdaftar sebagai penerima dana penyuluh ini, dan mereka menjawab nol rupiah," tandas Romo Arnold ketika dihubungi di Lewoleba.
Next Page: 1 | 2 | 3 |
Sandra Pasaribu
|