Pendeta Eka Darmaputera Meninggal Dunia, Umat Kristiani & Kalangan Gereja Berduka
Wednesday, Jun. 29, 2005 Posted: 5:55:26PM PST
|
(Suara Pembaruan) |
Berita duka menimpa kalangan gereja dan umat Kristen Indonesia yang kehilangan seorang tokoh dengan komitmen kuat terhadap gerakan persatuan dan persaudaraan antarumat Tuhan dengan tutup usianya Eka Darmaputera. Rencananya jenazah Eka dibawa ke GKI Jl Bekasi Timur, Jakarta Timur pukul 12.00, Suara Pembaruan memberitakan.
Eka bukan sekadar tokoh oikumenis milik umat Kristen tetapi tokoh yang meletakkaan dasar bagaimana gereja di Indonesia harus berdiri di tengah pusaran zaman.
"Saya kagum dengan konsistensi serta kecerdasan beliau dalam menyikapi seluruh fenomena sosial dan kemasyarakatan yang terjadi dan dikaitkan dengan iman seorang Kristen ideal. Meskipun dia masih sakit, namun beliau tetap bersemangat menyuarakan persuadaraan dan kasih bagi Indonesia. Dia ingin mengajak seluruh umat beragama di Indonesia hidup secara harmoni dan rukun," ujar rohaniwan Katolik, Romo Hariyanto SJ, teman dialog Eka.
Menurut dia, keteladanan yang dibagikan Eka kepada generasi penerusnya adalah keteguhan hati, kejujuran dan semangatnya yang ingin membagikan kasih Allah serta membangun tali persaudaraan dan kebersamaan di antara seluruh umat beragama di Indonesia.
Sementara itu, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dalam pernyataan sikapnya yang disampaikan oleh Wakil Sekretaris Umum Wienata Sairin mengatakan, geraja dan umat Kristen di Indonesia kehilangan figur yang punya komitmen kuat terhadap gerakan oikumene.
Eka Darmaputera dilahirkan di Mertoyudan, Magelang, 16 November 1942, dengan nama The Oen Hien. Menyelesaikan pendidikan sekolah dasar hingga sekolah menengah atas di kota kelahirannya, ia kemudian masuk Sekolah Tinggi Teologia (STT) Jakarta, mengesampingkan keinginannya masuk Akademi Militer Nasional (AMN, sekarang Akabri). Ia lulus pada 1966.
"Ia memang sahabat yang cerdas, pandai, dan lulus cum laude," kata Pdt Hamakonda, yang pernah tinggal satu kamar di asrama dengan Eka semasa di STT, dalam Malam Doa bersama Pendeta Eka Darmaputera di GKI Kebayoran Baru, Rabu, 9 Maret.
Banyak orang mengenangnya sebagai penulis yang baik, termasuk Hamakonda, yang mengenang Eka sebagai pencinta puisi.
Eka memang sudah menulis puisi sejak SMP. Kegemaran itu mengantarnya menjadi penulis yang baik. Tulisannya, yang tersebar di media massa maupun buku, enak dibaca.
"Tulisan-tulisan, kotbah dan ceramahnya menunjukkan betapa peka hatinya terhadap masalah-masalah iman, khususnya dalam hubungannya dengan persoalan-persoalan etika, pribadi maupun sosial. Kata-kata dan tulisannya sangat tajam dan menarik, memberikan ide-ide yang jernih dan menarik. Gaya bahasanya, sederhana tetapi sangat komunikatif dan menyentuh hati," kata Sutarno.
Sejak di STT pula ia aktif berorganisasi. Ia menjadi pengurus pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia, sekaligus menjadi pengurus di Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia. Sutarno mengakui, Eka yang juga adik kelasnya waktu kuliah di STT Jakarta, sangat peduli terhadap masalah kemasyarakatan.
"Hal itu sudah terlihat sejak masa mudanya yang rajin berkecimpung di organisasi-organisasi kepemudaan dan memberikan pemikiran-pemikiran yang sangat kreatif dan konstruktif," ujarnya.
Next Page: 1 | 2 |
Sandra Pasaribu
|