Sekjen WCC Meragukan Rencana Keamanan Annan
Pemimpin dari kelompok gereja terbesar di dunia, Rev. Samuel Kobia, telah menyatakan kepada Sekjen PBB Kofi Annan bahwa ia tidak setuju dengan beberapa proposal keamanannya untuk mereformasi PBB.
Tuesday, Apr. 26, 2005 Posted: 7:15:28PM PST
Pemimpin dari kelompok gereja terbesar di dunia, Rev. Samuel Kobia, telah menyatakan kepada Sekjen PBB Kofi Annan bahwa ia tidak setuju dengan beberapa proposal keamanannya untuk mereformasi PBB.
Kobia mengatakan bahwa Dewan Gereja Dunia (World Council of Churches- WCC), dimana ia menjadi sekjennya, prihatin mengenai adanya saran-saran untuk piagam PBB mengijinkan negara-negara untuk mengambil tindakan militer lebih dulu tanpa adanya referensi kepada Dewan Keamanan PBB.
"Tidak ada konsensus diantara keahlian hukum internasional mengenai hal seperti itu, dan kami berharap PBB tidak melepaskan begitu banyak dari tanggung-jawabnya,” tegas Kobia dalam suratnya ke Annan yang dirilis WCC hari Kamis, 21 April di Jenewa.
Sekjen WCC itu mengatakan dia tidak setuju dengan sebuah laporan oleh sebuah panel level tinggi khusus dari PBB yang menyarankan Piagam PBB mengijinkan “kemungkinan untuk lebih dulu ‘mengambil tindakan militer selama ancamannya akan terjadi ‘ “.
Ia mengatakan, keseriusan diberikan untuk adanya tindakan militer. Keputusan final untuk tindakan seperti itu perlu aturan tegas khusus, dibatasi untuk membela diri saat diserang, dan menjadi tanggung-jawab Dewan Keamanan saat kedamaian dan keamanan internasional terancam.
Ia menegaskan mereka yang bergerak di luar prinsip ini perlu dihakimi secara legal dan juga politik untuk tindakan-tindakan mereka.
“Dewan Gereja Dunia, dan PBB dibentuk pada saat yang sama dan dalam konteks politik yang sama, dengan tujuan utama untuk bekerja bagi kesatuan dan kedamaian di dunia,” kata Kobia.
Perserikatan Bangsa Bangsa dibentuk pada tahun 1945 dan WCC secara formal diinaugurasi pada tahun 1948. Dewan gereja itu terdiri atas kebanyakan denominasi-denominasi Protestan utama di dunia dan Kristiani Orthodox. Gereja Katolik Roma bukan anggotanya, tetapi melayani di beberapa komite WCC.
“Bahaya dari perang dan kebutuhan untuk menahan dan membatasi kekerasan militer dengan bantuan hukum internasional direfleksikan dalam Piagam PBB," kata Kobia. Ia mencatat bahwa “Piagam itu muncul dari pengalaman-pengalaman dua perang dunia. Pondasi legal untuk menghindari atau menaruh batas terhadap perang tetap penting selama proses dari dekolonisasi dan Perang Dingin.”
Kesan atas masalah-masalah internasional oleh Dewan Gereja Sedunia didasarkan pada kesan etika dan teologi dari 347 gereja-gereja anggota di seluruh dunia, jelas Kobia dalam suranya.
“Keprihatinan yang muncul dalam proses kami berkaitan erat dengan agenda PBB,” katanya. “WCC dan PBB telah berbagi cita-cita tentang keadilan dan kedamaian, tentang penghapusan kemiskinan dan promosi danpertahanan dari hak asasi manusia dan harga diri manusia.”
Teks lengkap dari surat Kobia: http://www.wcc-coe.org/wcc/what/international/un-reform.html
Sandra Pasaribu
|