GKPS : Pola Pelayanan Gereja Cenderung Mengarah Pada Kepentingan Duniawi
Pelayan-pelayan Gereja harus mampu mencerminkan Pelayanan Kekristenan yang mengutamakan sikap rela berkorban.
Tuesday, Apr. 5, 2005 Posted: 12:09:18PM PST
Kegiatan pelayanan Gereja saat ini banyak yang belum sesuai dengan prinsip-prinsip pelayanan Kristen. Gaya adat, arisan atau gaya tolong-menolong masih melekat kuat dalam lingkungan gereja Batak pada khususnya. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Pdt M Rumanja Purba MSi pada acara Pembinaan Majelis Jemaat GKPS Jambi di Jambi.
Menurutnya, gaya pelayanan yang bercampur dengan adat terjadi karena adanya kesalahan dalam pemahaman dan pelaksanaan teologia pelayanan. Artinya, prinsip-prinsip pelayanan dan manajemen pelayanan gereja sering tidak sesuai dengan pelayanan gereja yang sesungguhnya. Akibatnya, pola pelayanan seperti ini cenderung melakukan kegiatan untuk kepentingan diri sendiri secara duniawi.
Banyak pelayan-pelayan Gereja yang tidak mencerminkan pelayanan Kekristenan yang mengutamakan sikap rela berkorban. Akibatnya, mentalitas dan moralitas pelayan ditengah gereja merosot.
Pdt M Rumanja Purba MSi menjelaskan pentingnya pelayanan yang didasarkan pada teologia atau nilai-nilai kebenaran Firman Allah. Hal ini dimaksudkan untuk memotivasi para pelayan gereja agar benar-benar melayani kepentingan gereja dan segenap warga jemaat, bukan untuk kepentingan diri sendiri atau kelompoknya.
Apabila pelayanan gereja sesuai dengan prinsip-prinsip kekristenan maka gereja dapat menjadi alat kesaksian umat Kristen mengenai Allah, Anak dan Roh Kudus ditengah-tengah masyarakat.
Sekjen GKPS menambahkan, agar pelayan-pelayan di tengah gereja dapat mewujudkan cita-cita pelayanan yang mulia itu, sedikitnya ada enam yang perlu diketahui, dipahami dan dilaksanakan para pelayan gereja.
Pertama, prinsip pengabdian. Berdasarkan prinsip ini, para pelayan harus menjadikan pelayanan sebagai pengabdian untuk Tuhan Allah, bukan untuk manusia. Seorang pelayan melaksanakan tugas-tugas panggilan pelayanannya karena mendapat upah dari Tuhan, bukan upah secara material. Prinsip inilah yang membedakan persekutuan Kristen dengan kelompok masyarakat lainnya.
Pelayan gereja juga harus mampu menunjukan kasih ditengah umat dengan melayani setulus hati. Kasih yang menjadi modal utama dalam pelayanan adalah darah dan pengorbanan Yesus Kristus yang telah menyelamatkan manusia dari dosa.
Prinsip pelayanan lain yang harus diingat dan dilaksanakan adalah membebaskan kemiskinan dan kebodohan. Dalam hal ini tugas pelayan ialah melakukan transformasi atau peningkatan kondisi kehidupan masyarakat. Misalnya mengubah kehidupan masyarakat yang serba miskin menjadi lebih sejahtera, dari yang berpendidikan menjadi berpendidikan, dari yang susah menjadi senang, dari hati yang sedih menjadi gembira dan sebagainya.
Para pelayan tidak pernah kehabisan akal, ide, energi (kekuatan) dan semangat untuk melakukan perbaikan kehidupan manusia, khususnya kehidupan orang-orang yang mau percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Kendati banyak hambatan dalam melayani, pelayan tidak bisa berputus asa.
Pdt Yusuf Roni mengatakan, semakin banyak hambatan yang dialami dalam pelayanan, pelayanan itu akan semakin berkembang. Hambatan itu tidak boleh membuat seorang pelayan mundur berjuang dalam pelayannnya.
Next Page: 1 | 2 |
Eva N.
|