Rektor SETIA, Pdt. Dr. Matheus Mangentang memberikan selamat kepada salah seorang wisudawan pada acara Natal dan Wisuda XXI (15/12) di BPU Ruma Gorga Mangampu Tua, Jakarta. (Foto: Kristiani Pos)
Para wisudawan STT SETIA angkatan XXI . (Foto: Kristiani Pos)
Suasana Perayaan Natal dan Wisuda STT SETIA angkatan XXI. (Foto: Kristiani Pos)
JAKARTA - Mungkin tidak pernah terbayangkan oleh Sekolah Tinggi Theologia Injili Arastamar (STT SETIA) akan merayakan natal di tengah situasi yang memprihatinkan dan terbuang jauh dari tempat mereka.
Sekitar lima bulan sejak Juli lalu mereka terpaksa melakukan aktivitas belajar mengajar dan tinggal di tenda-tenda dan tempat penampungan. Meskipun demikian, situasi sulit tersebut tidak menyurutkan semangat juang dan semangat belajar mahasiswanya untuk menyelesaikan studi mereka.
Terbukti, Senin (15/12) lalu STT SETIA menggelar acara Natal bersamaan dengan Wisuda XXI dan Pengutusan XXXVII di BPU Ruma Gorga Mangampu Tua, Jakarta. Tema yang diusung pada Natal dan Wisuda tersebut dikutip dari (Yesaya 60:1a): “Bangkitlah, Menjadi Teranglah.”
Jumlah wisudawan yang diwisuda tahun ini berjumlah 140 orang meliputi program studi PGSD berjumlah 104 orang, Diploma tiga (D3) 20 orang dan program studi PAK 16 orang.
Dalam sambutannya, Rektor STT SETIA, Pdt. Dr. Matheus Mangentang menyatakan bahwa perayaan Natal, Pengutusan dirangkai dengan Wisuda SETIA tahun ini unik, karena diadakan dalam suasana sangat memprihatinkan. Selama satu semester (Juli-Desember 2008) SETIA terbuang dan tercabut dari kampusnya sendiri.
“Mungkin inilah Lembaga Perguruan Tinggi pertama di Indonesia yang melakukan proses belajar mengajar terpanjang dalam tenda.”
Lebih lanjut Mangentang mengatakan,”bagi saya dan SETIA, peristiwa yang kami alami hendaknya dilihat dari dalam bingkai Firman Tuhan. Peristiwa SETIA adalah peristiwa penggenapan kata-kata Yesus, “jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu (Yohanes 15:20).”
Terakhir Mangentang juga mengajak segenap civitas Akademika SETIA untuk kembali kepada jati dan identitas yang sejati sebagai Kristiani, dan menandaskan bahwa tidak ada tempat putusa asa dalam iman, tidak ada kata berhenti pada jalan yang telah Tuhan tetapkan, tidak ada tempat untuk duduk-duduk meratapi nasib, tidak ada alasan untuk bermalas-malas dalam menapaki rencana Tuhan.
Belasan guru yang mewakili 536 guru agama dari Kantor Wilayah Departemen Agama DKI Jakarta melaporkan Kepala Kantor Achmad Fauzan ke polisi karena uang Tunjangan Perbaikan Penghasilan yang...