Warta Injil Buka Peradaban Papua
Thursday, Feb. 9, 2006 Posted: 8:44:18AM PST

Setiap 5 Februari, umat Kristiani Papua memperingati masuknya Injil di Tanah Papua. Pada tahun ini, Pewartaan Injil yang sudah berjalan selama 151 tahun di Papua dirayakan oleh ribuan umat Kristiani di Gedung Olahraga Cendrawasih, Jayapura, Minggu (5/2).
Pewartaan injil menjadi tonggak penting bagi peradaban umat manusia di Tanah Papua. Peradaban itu dimulai dengan kedatangan dua penginjil asal Jerman yakni Carl William Ottow dan Johann Gotllob Geisller. Timbulnya semangat kerohanian yang hebat di seluruh Eropa pada abad ke-17 dan abad ke-18, mendorong mereka untuk menyelamatkan sesama saudaranya di belahan bumi berbeda.
Pada 26 April 1852, keduanya berangkat dari Pelabuhan Rotterdam, Belanda menuju Papua dengan menumpang Kapal Motor (KM) Abel Tasman lewat Tanah Batavia. Akibat transportasi minim, mereka harus bersabar hingga 21 April 1854, untuk bertolak menuju Papua.
Selain mendapat bantuan bahan makanan, mereka juga mendengar cerita-cerita mengerikan dan menakutkan tentang Papua. Mulai dari kisah suku pemakan manusia, serta kebiasaan memenggal kepala. Namun justru dari cerita itu, Ottow dan Geisller semakin tertantang untuk segera tiba di tujuan.
Hampir satu tahun kemudian akhirnya pada 5 Februari 1855, pukul 06.00 waktu setempat, mereka tiba di Pulau Mansinam, Teluk Doreh, Manokwari. Mengawali tugas pewartaan di Pulau Mansinam, Ottow dan Geisller berlutut lalu memanjatkan doa sambil mengucapkan kalimat : "Dengan nama Tuhan Kami menginjak tanah ini." Kalimat tersebut lalu dikenal dengan sebutan doa sulung rasul Irian Barat.
Bekal yang dipelajari di Belanda ternyata tidak sesuai dengan keadaan yang ditemui di Mansinam. Penduduk setempat tidak membutuhkan hasil pertukangan. Semua kebutuhan hidupnya dipenuhi sendiri. Puncaknya, Geissler sakit keras hingga harus berobat di Ternate.
Dua tahun menetap bersama, Ottow memutuskan untuk berpindah ke daratan tanah besar dan menetap di sebuah kampung yang kemudian dikenal dengan nama Kwawi. Di sana, ia memulai pelayanan sekaligus berkebun dan memelihara ternak.
Baik Ottow dan Geissler pernah berkeluh kesah tentang kedegilan penduduk setempat. Setelah 14 tahun bekerja, pengaruhnya terhadap masyarakat setempat tak cukup banyak.
Sampai 25 tahun pertama sejak tahun 1855-1980, orang Papua yang dibaptis hanya 22 orang, sedangkan periode tahun 1881-1900, ada sedikit kemajuan dengan dibabtisnya 209 orang Papua.
Upacara pembaptisan itu dilakukan di Mansinam, Kwawi, dan Andai. Sebagian dari umat berasal dari Biak, Wandamen, Wariap, dan Amberbaken.
Meskipun tidak berlangsung cepat, kerja keras Ottow dan Geissler tidak sia-sia. Pewartaan Injil telah menyebar di seluruh pesisir, pulau-pulau, pegunungan, lembah, dataran serta pelosok terpencil di seluruh Tanah Papua. Sayang Tuhan berkehendak lain. Carl William Ottow meninggal awal November 1862, dan dimakamkan di Kwawi.
Tetapi semangat Johann Gottlob Geissler ternyata tak pernah padam untuk mewartakan Injil. Bahkan pada tahun yang sama, ia berhasil membangun sebuah gedung gereja yang dapat menampung sekitar 300 orang. Namun pada 11 Juni 1870, Geissler meninggal dunia saat berkunjung ke Westifen, Belanda.
Next Page: 1 | 2 |
Della L.
|