Nurani Yang Bersih
Roma 2: 12-16
Wednesday, Mar. 16, 2005 Posted: 9:45:28AM PST
Cerita anak-anak yang sangat digemari, Pinokio, adalah kisah sebuah boneka kayu yang hidungnya akan semakin panjang apabila ia berdusta.
Temannya, si Jimmy Jangkrik mengatakan, "Jadikan hati nurani sebagai penuntunmu." Pinokio pun menuruti nasihat temannya. Ia bertobat, lalu kembali kepada Geppetto, penciptanya. Pinokio kemudian berbakti kepada Geppetto dan dibebaskan dari tali-talinya.
Ada sebuah prinsip dalam cerita ini yang pantas diterapkan bagi anak-anak Allah. Jika kita tak mendengarkan suara dari dalam batin kita yang mengatakan apa yang perlu atau tidak perlu kita lakukan, hidup kita akan terbelenggu. Namun, nurani yang murni akan memberi kebebasan.
Beberapa orang tidak memiliki dasar yang kuat untuk mengambil keputusan yang saleh.
Hati nurani mereka lemah, dan mereka dengan mudah diombang-ambingkan sikap orang lain. Dan ada juga orang yang hati nuraninya telah rusak. Ukuran yang mereka pakai untuk menilai yang baik dan jahat telah rusak, tercemar, dan tidak kudus (Titus 1:15). Namun yang paling menyedihkan adalah mereka yang hati nuraninya telah "memakai cap" dusta dan kesesatan (1 Timotius 4:2). Mereka telah sekian lama menolak suara batin mereka, sehingga tidak dapat lagi mendengar bisikan hati nurani.
Mungkin Anda bertanya, "Bagaimana kita dapat memiliki nurani yang bersih?" Kita harus bertobat dari dosa dan berbalik kepada Pencipta kita. Kita harus meminta Dia memperbarui hasrat dan sikap kita sesuai dengan firman-Nya dan kemudian menaatinya dengan hati-hati
Roma 2:12-16
Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat. Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan.
Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.
Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus.
[Sumber: Sabda.org]
Shinta Marthawati
|