Mencintai Allah Yang Menyatakan Diri Dalam Sabdanya
Kel 32:7-14
Thursday, Mar. 10, 2005 Posted: 9:33:34PM PST
Dua ayat penting yakni ayat 39-40 dalam Injil hari ini pasti akan menyentak sebagian besar pembaca. "Kamu menyelidiki Kita-kita Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehNya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kita-kita Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepadaKu untuk memperoleh hidup itu." Sesuai dengan konteks, tentu saja kata-kata ini ditujukan kepada orang-orang Yahudi zaman Yesus tetapi jelas juga ditujukan untuk kita pembaca dan pengikut Yesus sekarang. Kebenaran dari pernyataan Yesus adalah bahwa tak jarang orang membaca Kitab Suci dengan cara yang salah. Tak jarang, orang membaca Kitab Suci bukan untuk mencari Allah, bukan untuk menemukan Allah, bukan untuk mendengarkan Allah, bukan untuk menangkap suara Allah melainkan untuk menemukan ayat-ayat tertentu guna membela dan mempertahankan posisi dan keyakinan tertentu. Tak jarang, dalam membaca Kitab Suci, orang tak sungguh belajar mengasihi Allah tetapi sekedar belajar tentang mengasihi Allah. Juga tak jarang, dalam membaca Kitab Suci, orang tak sungguh mengasih Allah tetapi sekedar mengasihi pandangan-pandangan mereka tentang Allah. Sering pula dalam membaca Kitab Suci, orang tak sungguh menerima Allah dalam hidup, tetapi sekedar menerima ide-ide tentang Allah.
Kata-kata Yesus di atas juga mengingatkan bahwa Kitab Suci justru bersaksi atas Allah yang menyatakan diri dalam sejarah dan pengalaman hidup umat manusia. Kitab Suci bersaksi bukan tentang Allah yang diam atau Allah yang bisu. Sebaliknya Kitab Suci berbicara tentang Allah yang berbicara dan senantiasa ada dalam kontak dengan bangsa manusia dan terlibat dalam suka dan duka hidup umat manusia. Itu berarti seseorang yang sungguh membaca Kitab Suci adalah seseorang yang memberi dirinya kepada Allah yang terlibat dalam hidup dan mengasih Allah yang berbicara dari waktu ke waktu, dari pengalaman hidup yang satu ke pengalaman hidup yang lain.
Yesus sama sekali tak mempersalahkan kita kalau kita membaca dan menyelidiki Kitab Suci. Bukankah Ia juga menyelediki Kitab Suci bersama para ahli Taurat di usia 12 tahun? Bukankah Ia juga menjelaskan Kitab Suci di jalan ke Emaus dan di berbagai peristiwa? Kita membaca dan menyelidiki Kitab Suci tetapi kita tidak bisa berhenti di sini saja. Kita perlu mengambil langkah lebih lanjut untuk mendekati dan mencintai Pribadi yang berbicara dalam Kitab Suci. Allah yang bersabda dalam Kitab Suci adalah Allah yang terlibat dan menyatu dengan sejarah hidup umat manusia. Bila demikian, hanya dengan kedekatan dan kecintaan akan Allah, kita bisa memperoleh hidup. Orang tak bisa membenarkan dirinya karena ia membaca Kitab Suci. Hanya dalam hidup praktis, dalam contoh konkrit, dalam memelihara hidup kristiani yang baik, orang bisa menunjukkan bahwa ia menerima Allah yang bersabda dalam Kitab Suci. Hanya dengan menghidupi Kitab Suci dalam hidup yang nyata, orang menunjukkan cintanya akan Allah yang hidup.
Diambil dari Pondok Renungan
Shinta Marthawati
|