Survei: Kekerasan Anak di Sekolah Secara Fisik, Seksual & Emosional
Wednesday, Mar. 29, 2006 Posted: 1:06:01PM PST
Kekerasan anak di sekolah bisa terjadi dalam bentuk fisik, seksual dan emosional, demikian hasil survei oleh Universitas Katolik (Unika) Atmajaya, Jakarta. Siaran pers oleh UNICEF (Badan PBB untuk Anak) dan Departemen Pendidikan Nasional di Jakarta, Rabu menyebutkan, perguruan tinggi swasta itu telah melakukan survei di Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara.
“Di Jawa Tengah, 80 persen guru mengaku telah menghukum anak dengan membentak di depan teman-temannya sekelas sedangkan 55 persen guru telah menyuruh anaknya berdiri di depan kelas,” kata siaran pers itu, Antara memberitakan.
Di Sulawesi Selatan, 90 persen guru menghukum muridnya dengan berdiri di depan kelas, 73 persen membentak muridnya, dan 54 persen guru menyuruh siswa membersihkan toilet.
Sementara itu, di Sumatera Utara, 90 persen guru menyuruh murid berdiri di depan kelas, 80 persen membentak dan 50 persen menyuruh menulis berulang-ulang.
Murid-murid di ketiga propinsi itu juga ada yang mengaku mengalami kekerasan seksual dari guru dan teman sekolahnya.
Di Jawa Tengah, 19 dari 344 anak yang menjadi sampel survei Universitas Atmajaya mengaku telah dipeluk paksa oleh guru, di Sulawesi Selatan, 11 dari 276 murid dipegang alat kelaminnya oleh guru dan 69 dari 411 murid di Sumatera Utara mengaku telah dicolek oleh guru.
Hasil studi ini memperkuat survei yang sama di tahun 2002 oleh Lembaga Perlindungan Anak Nusa Tenggara Barat dan oleh Universitas Atmajaya tahun 2003 di Nusa Tenggara Timur.
Kedua survei itu juga menyimpulkan tingginya angka kekerasan anak kendati hingga kini tidak ada angka pasti tentang jumlah kekerasan terhadap anak di Indonesia.
“Kekerasan terhadap anak dapat menghambat pertumbuhan anak, kesehatan anak, dan mengurangi keinginan untuk bersekolah bahkan dalam beberapa kasus dapat menyebabkan kematian,” demikian siaran pers itu.
Untuk mencegah kekerasan anak itu, Depdiknas dan UNICEF menyelanggaran seminar tentang pentingnya sekolah yang ramah terhadap anak di Jakarta, Rabu (22/3) yang diikuti oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Departemen Agama.
Sandra Pasaribu
|