Randy dan Paula White memberitahu jemaat di Gereja Tanpa Tembok Internasional (Without Walls International Church) diTampa, Florida., bahwa mereka akan bercerai dalam sebuah ibadah malam pada Kamis 23 Agustus 2007. (Photo: AP Images / The Tampa Tribune, File)
Saat televangelis Paula White memulai perkawinannya 18 tahun lalu, dia mengira akan selalu menjalani kehidupan dengan suaminya, Randy. Perceraian tidak pernah ia pikirkan, katanya baru-baru ini.
Sekarang berpisah dari Randy dan melanjutkan pelayanannya, White berada di tengah perdebatan panjang dimana semakin banyak kaum injili yang menyetujui perceraian.
"Faktanya sebanyak orang kritis atau tidak menyetujui [perceraian] … Saya juga mendapati ribuan orang menjangkau saya dalam cara yang mungkin tidak pernah mereka lakukan sebelumnya, " kata White dalam wawancara langsung dengan Larry King di CNN, Senin lalu.
Perceraian penginjil pentakosta terkenal itu diumumkan Agustus lalu bersamaan dengan kasus perceraian pasangan terkemuka lainnya - televangelis Juanita Bynum dan Bishop (Uskup) Thomas Weeks III – pada minggu yang sama melontarkan diskusi apakah Alkitab membolehkan perpisahan pasangan menikah sebagaimana kedua pasangan itu menerima dukungan atas perceraian mereka.
"Umat Kristiani yang konservatif semakin liberal dalam hal ini, saya rasa, membuat lebih banyak ruang untuk menerima perceraian dan perkawinan kembali," kata Mark Galli, salah satu editor majalah Christianity Today, menurut Religion News Service. "Anda akan melihat banyak gereja yang langsung terjun kesitu dan mempunyai ministry (pelayanan) perceraian. … Perkawinan benar-benar menjadi hal yang sulit dalam budaya kita saat ini."
Majalah itu pada bulan lalu menerbitkkan artikel utama berjudul "Kapan Memisahkan Yang Disatukan Tuhan: Melihat Lebih Dekat Kata Alkitab Mengenai Perceraian " yang menimbulkan kontroversi terutama bagi kaum koservatif injili.
Dalam artikel itu, cendikiawan injili Inggris David Instone-Brewer menulis bahwa Tuhan membolehkan perceraian dan perkawinan kembali dalam kasus perzinahan, kealpaan fisik dan emosi, penyiksaan dan pengabaian –berbeda dari pandangan umum yang percaya hanya perzinahan yang dapat dibenarkan secara biblikal sebagai alasan perceraian. Ia kemudian mengklarifikasi bahwa perceraian tidak dibolehkan untuk pengabaian emosi apa saja atau pelanggaran-pelanggaran kecil lainnya tapi hanya "alasan-alasan yang serius dan spesifik." Efeknya, perceraian dapat dilakukan dengan alasan perzinahan, pengabaian atau penyiksaan, ia menyatakan.
Bynum berpisah dari suaminya setelah menuduh telah diserang di tempat parkir sebuah hotel di Atlanta, Agustus lalu. Pasangan White tidak memberitahu alasan yang jelas tapi bersikukuh perpisahan itu tidak dapat dihindari lagi.
Sementara itu, teolog konservatif John Piper mengatakan semakin lebarnya alasan perceraian yang dilegitimasi adalah sesuatu yang "tragis."
Piper menegaskan bahwa standar Yesus dalam perkawinan sangat tinggi dan Ia "radikal, tidak mengakomodasi." Menurut makna biblikal, Piper lebih lanjut menjelaskan bahwa perkawinan menunjukkan janji iman yang dipegang Kristus dan gereja-Nya dan bahwa Kristus tidak akan pernah menceraikan mempelainya dan mengambil yang lain.
"Dunia yang kita tinggali perlu melihat sebuah gereja yang begitu puas di dalam Kristus sehingga perkawinan tidak diabaikan seakan sesuatu yang tidak berbentuk seperti 'pengabaian emosional,'" katanya dalam situsnya DesiringGod.org.
Akan tetapi, dunia ini semakin sedikit melihat citra kesetiaan.
Studi-studi dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan Kristiani lahir baru memiliki angka perceraian yang sama seperti non-Kristiani. Menurut survey 2004 yang diadakan Barna, 35 persen yang menyatakan sudah lahir baru pernah bercerai – jumlah yang hampir identik dengan orang dewasa yang tidak lahir baru.
Kelompok riset itu juga melaporkan bahwa "sedikit orang Kristiani yang bercerai mengalami perceraian sebelum menerima Kristus sebagai penyelamat mereka."
Baik Paula White and Bynum tetap memiliki pengikut yang besar meskipun perceraian mereka diketahui khayalak luas. White bahkan mengeluarkan buku baru, You're All That!, dan Bynum berkata dia percaya pengalamannya dapat menjangkau lebih banyak orang.
Namun, satu pendeta sama sekali tidak yakin.
"Perkawinan menjadi gambaran atas hubungan Tuhan dengan orang yang percaya kepada-Nya," tulis Christopher Tillman menanggapi perdebatan Instone-Brewer dengan Piper. "Membolehkan perceraian dalam hidup orang percaya adalah melakukan kerusakan besar terhadap Injil yang dinyatakan dalam kehidupan setiap individu."
Namun ditengah budaya dimana angka perceraian semakin meningkat dan umat Kristiani berjuang dalam perjawinan mereka, Tillman menambahkan, "Apa yang perlu dikomunikasikan bukanlah memikirkan ulang masalah perkawinan hingga mengacu standar 'biblikal' yang lunak terhadap perceraian dibanding pendangan tradisonal sebelumnya, namun, perkawinan adalah sebuah institusi yang harus kita hargai sebagai umat Kristiani sesungguhnya. "
Gereja Katolik Roma di Spanyol telah melancarkan kampanye melawan aborsi sebagai kelanjutan dari pengumuman pemerintah pada awal Maret lalu yang bermaksud untuk membebaskan undang-undang ...