Konferensi Momen Genting dalam Dialog Antar Agama Berakhir, Mentransformasi Dialog Menuju Tindakan
Para pemimpin agama ingin menyusun kembali dialog antar agama “dalam kerendahan hati dan harapan”
Saturday, Jun. 11, 2005 Posted: 11:38:18AM PST
|
Rabbi Ehud Bandel, Yahudi, Israel; Venerable Bhiksuni Chuehmen Shih, Buddhist, Taiwan; Dr Marion S. Best, Kristiani, Kanada; Prof. Anant Rambachan, Hindu, AS; Prof. Tariq Ramadan, Muslim, Swiss; Fr Chidi Denis Isizoh, Kristiani, Italia. 9 Juni 2005. © Peter Williams / WCC |
|
Peserta Konferensi © Peter Williams / WCC |
|
H.E. Mahmoud Mohammadi Araghi, Muslim, Iran; Rev. Dr Samuel Kobia, sekretaris jenderal WCC; Uskup Agung Sebouh Sarkissian, Kristiani, Iran. 9 Juni 2005. © Peter Williams / WCC |
Para perwakilan dari komunitas-komunitas iman di dunia telah menyarankan adanya pendekatan yang akan membentuk kembali dialog antar agama untuk menghadapi ancaman yang ada di dunia dengan lebih efektif.
"Menyusun kembali dialog antar agama sebagai sebuah praktek kerendahan hati dan harapan menawarkan sebuah jalan untuk membangun kepercayaan yang lebih besar," demikian kesimpulan yang diambil oleh para peserta konferensi internasional mengenai "Momen Genting dalam Dialog Antar Agama" yang diselenggarakan Dewan Gereja-gereja Dunia (World Council of Churches-WCC) di Jenewa, 7-9 Juni 2005.
"Bersama-sama kita dapat menangkap momen genting ini dan menolong mentransformasi resiko yang ada menjadi sebuah penziaarahan iman yang akan membimbing kita menuju masa depan yang lebih adil, berwelas asih dan damai," persetujuan dari sekitar 130 perwakilan dari sepuluh tradisi-tradisi agama yang bergabung dalam event itu.
Konferensi itu juga menggariskan strategi-strategi spesifik yang bertujuan untuk merubah penekanan hubungan-hubungan antar agama dari dialog menjadi tindakan bersama, termasuk program-program pendidikan dan pelatihan dan pertukaran yang mana akan memupuk sebuah budaya dialog.
Tindakan-tindakan simbolis yang mempromosikan kesembuhan ingatan bersejarah, struktur dan hubungan yang baru, dan rencana-rencana tindakan pada level nasional dan regional ditegakkan, dimana cara-cara praktek akan mengikuti.
Konferensi itu juga memampukan adanya diskusi terbuka mengenai isu-isu yang bersifat memecah-belah, seperti kekerasan agama, dan konvers. Mereka juga menyerukan pertobatan dan kerendahan hati yang "membuka sebuah jalan untuk bergerak dari sebuah dialog antar orang asing menjadi sebuah dialog antar tetangga".
Menyebut konferensi itu sebagai sebuah "landmark event", kepemimpinan WCC mengulangi pernyataan untuk menguatkan komitmen persekutuan-persekutuan gereja-gereja Kristiani di seluruh dunia dialog dan pengertian antar agama.
"Dialog dengan iman-iman lain telah menjadi sebuah isu utama untuk WCC," ulang Sekjen WCC Rev. Dr Samuel Kobia. "Kita bisa efektif dan sukses dalam pencarian kita akan harapan jikalau kita bekerja bersama-sama. Bersama, kita semua dapat melangkah jauh untuk memulihkan harapan untuk dunia lain yang mungkin dan lebih baik dimana semua orang dapat mengalami hidup berkelimpahan dalam martabat."
Salah seorang penyelenggara konferensi dan spesialis WCC mengenai isu-isu antar agama Rev. Dr Hans Ucko menggaris-bawahi sifat spesifik dari acara itu dibandingkan dengan inisiatif-inisiatif global lainnya. "Event ini unik karena itu diadakan untuk meninjau dialog, dan mencari cara-cara untuk meningkatkan hubungan yang lebih realistik dan tidak begitu idealistik. Kami mengkonfirmasi komitmen dari mereka-mereka yang terlibat, dan ini menambahkan dorongan untuk keterlibatan Kristiani kami dalam dialog."
Sebuah sikap kritis yang sehat, dan juga kerendahan hati dan rasa terima kasih kepada satu sama lain, akan meneguhkan hubungan dan dialog antar agama, sementara semangat penolakan terhadap semua bentuk kekerasan, bersama dengan pengenalan akan kompleksitas dari kenyataan beragama di dunia saat ini, akan menjadi inti dari ikhtiar ini.
Next Page: 1 | 2 |
Sandra Pasaribu
|