Rehabilitasi Rumah Ibadah Poso
Saturday, Jan. 21, 2006 Posted: 12:17:49PM PST

Untuk mempercepat rekonsiliasi di Poso, pemerintah pusat didesak segera merehabilitasi sejumlah rumah ibadah, sekurangnya terhadap Masjid Walisongo dan Gereja Kristen Pniel di jalan utama lintas Manado-Makassar.
Desakan itu disampaikan dua Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Sulawesi Tengah, Nurmawati Dewi Bantilan dan M Ichsan Loulembah, usai bertemu sejumlah mahasiswa, lembaga swadaya masyarakat, dan seniman Poso, di Jakarta, Kamis (19/1), Kompas memberitakan. Dua anggota Tim Pengawas Pemantau Pemulihan Poso DPD, Azlaini Agus dan Retna Situmorang, mendukung desakan itu.
Ichsan mengatakan, apabila karena alasan keterbatasan dana, sekurangnya pemerintah pusat segera mengucurkan dana merehabilitasi kedua rumah ibadah yang terletak di ”etalase” Poso. Kedua tempat ibadah yang rusak ini menjadi monumen kepedihan, kemarahan, kebencian, dan keputusasaan bukan saja bagi masyarakat Poso yang beragama Kristen dan Islam, tetapi juga masyarakat Kristen dan Islam di luar Poso yang melintas di jalan utama yang menghubungkan Manado-Makassar itu.
”Setiap orang yang melintas dan melihat kedua tempat ibadah itu pasti menggunjingkan banyak hal yang tidak enak didengar yang terkesan cenderung menyulut konflik baru,” tutur Ichsan. Rehabilitasi kedua tempat ibadah ini untuk memulihkan suasana batin masyarakat, terutama masyarakat Poso.
Juru bicara delegasi aktivis, Dharma Tongku, mengatakan, kalangan muda di lingkungannya mengkhawatirkan hal ini. ”Ini sama halnya orang Kristen bicara soal kawasan berdarah Sipe Silancak, atau orang Islam bicara soal kawasan berdarah lainnya di Buyung Katedo,” ungkap Dharma seraya menambahkan, daerah yang sudah distigma sebagai kawasan konflik segera dihapus dari ingatan masyarakat.
Maria F.
|