Kristen dan Islam di Asia dalam Perspektif Sejarah
Oleh: Josef P Widyatmadja
Tuesday, Feb. 28, 2006 Posted: 5:50:24PM PST
Heboh gambar kartun Nabi Muhammad SAW yang dimuat media Jylland Posten di Denmark, September 2005, telah menyulut kemarahan umat Islam di seluruh dunia. Permintaan maaf dan pengunduran diri pemimpin redaksi tidak mampu mengurangi kemarahan umat Islam.
Kebebasan pers di luar batas yang dianut oleh masyarakat Barat belum bisa diterima oleh umat Islam maupun masyarakat Timur pada umumnya. Membuat gambar Nabi Muhammad SAW saja sudah merupakan hal yang tidak bisa diterima oleh umat Islam, apalagi membuat kartun yang memberi kesan sangat menghina.
Kasus kartun itu menjadi pemicu dari setumpuk luka hati akibat ketidakpuasan politik dan ekonomi yang dialami oleh umat Islam dalam sejarah. Umat Islam masih menyimpan luka sejarah berabad-abad karena mereka sering menjadi korban kekuatan di luar wilayah mereka. Seperti invasi Amerika ke Irak, kejadian di penjara Abu Ghraib, standar ganda Eropa soal nuklir Iran, dukungan Barat yang membabi buta pada Israel, sampai dengan pemerasan terhadap kelompok Hamas yang telah memenangkan pemilu secara demokratis.
Salah Persepsi
Sering terjadi salah persepsi umat Islam maupun Kristen tentang kehadiran agama Kristen di benua Asia. Menurut MD David, "Imperialis Barat menjadi batu sandungan dari perkembangan Kristen di Asia". Kekristenan telah menjadi "Western brand - Greco-Roman" dalam struktur dan budaya sejak Kaisar Konstantinus Agung.
Agama Kristen bagaikan cokelat yang tumbuh di Asia dan Afrika, tapi konsumen lebih mengenal cokelat Belgia dan Swiss. Baik agama Islam maupun Kristen, keduanya merupakan agama yang lahir di Asia Barat dan dunia Arab.
Pada abad ketiga, sudah ada sekolah teologi di Edessa, Iran, dan sekolah kedokteran di Nestorian Beth Lapat, sebelum sekolah teologi dan kedokteran berkembang di Eropa. Tapi sayang, politik orang Kristen Nestorian dianggap bidah/ajaran sesat. Orang Nestorian menjadi korban dari Kristen Barat dan pemeluk agama setempat di Asia.
Dalam delapan abad pertama setelah tahun Masehi, penyebaran agama Kristen banyak dilakukan oleh orang Nestorian dari Asia Barat, yaitu Irak, Suriah, Lebanon, dan Iran, bukan orang Eropa. Tak ada konflik agama berarti antara pengikut Nestorian dengan pemeluk agama di Asia.
Para pedagang atau pelancong dari Asia Barat ini menyebarkan agama Kristen sampai ke Sumatera, Jepang, India, Tiongkok, dan Sri Lanka, jauh sebelum ada badan misi Eropa. Walaupun Kerajaan Islam di Asia Barat tidak memperkenankan penduduknya untuk pindah agama, tapi pada umumnya hubungan Kristen dan Islam penuh kedamaian dan agama Kristen masih bisa berkembang.
John C England dalam buku The Hidden History of Christianity in Asia me- nulis,"Many Christian in the following centuries held positions of leadership, in both church and Caliphate, or in medicine or scholarship would come from this small kingdom and from Ghassan, the Christian Arab kingdom adjoining Syria and vassal to Byzantium"
Gereja Anglikan telah mengakui kesalahan masa lalunya karena mereka mendukung Perang Salib. Perang itu tidak harus dilihat sebagai perang agama. Perang salib merupakan ambisi Eropa dalam politik, kebudayaan, dan ekonomi dengan menggunakan sentimen dan pembenaran agama. Pelayaran Columbus dan Vasco da Gama untuk mencari rempah-rempah ke Asia Timur disusul dengan Reformasi Luther menghasilkan daerah koloni Eropa di Benua Amerika, Asia, Afrika, dan Australia.
Next Page: 1 | 2 | 3 |
|