Ibadah perdana Glow Teens, Minggu (22/2) di Glow and Glory Hall, JaCC, Jakarta. (Foto: Kristiani Pos)
Garren Lumoindong (kaos orange,kiri) penggagas konsep ibadah Glow Teens serta memimpin sesi interaktif dalam iabadah Glow Teens. (Foto: Kristiani Pos)
Sesi games dalam ibadah Glow Teens. (Foto: Kristiani Pos)
Kesan monoton dan konvensional dalam ibadah acapkali membosankan dan tidak menarik bagi kaum remaja masa kini, juga kerap menjadi penyebab minimnya minat kaum remaja Kristiani untuk terjun dalam pelayanan di gereja.
Gereja Bethel Indonesia (GBI) Glow Fellowship Centre Minggu (22/2) lalu menggelar ibadah atraktif perdana yang khusus ditujukan bagi remaja dengan mencoba menggabungkan antara ibadah, kreativitas, dan games yang dikemas menjadi satu kesatuan yang unik serta disesuaikan dengan karakter anak remaja yang ceria dan enerjik tanpa menghilangkan esensi utama dari ibadah itu sendiri.
Konsep ibadah dengan fitur-fitur menarik seperti fun video, musik dan diselingi dengan sharing dan games dikemas sedemikian rupa untuk dapat lebih menjangkau kalangan remaja.
Tambahan pula dalam sesi kotbah juga disampaikan dengan konsep interaktif yang memungkinkan dialog antara pengkotbah dengan jemaat yang adalah kaum remaja.
“Kami mau menunjukkan pada anak-anak remaja bahwa ibadah tidak selamanya kaku, membosankan, tetapi juga bisa menyenangkan,”ujar Garren Lumoindong penggagas konsep ibadah Glow Teens ini, juga merupakan putra dari Gembala Jemaat GBI Glow Fellowship Centre, Pdt. Gilbert Lumoindong.
Glow Teens hadir dengan tujuan untuk mengubah persepsi anak-anak remaja SMP-SMU mengenai konsep ibadah pada umumnya, dan ibadah dijadwalkan berlangsung setiap minggu pukul 11.00 am bertempat di Glow and Glory Hall, JaCC, Jakarta.
Selain menghadirkan konsep ibadah yang unik, rencana kedepannya Glow Teens juga akan menggelar berbagai misi ke luar gereja dengan tujuan untuk dapat menjadikan remaja-remaja Glow Teens menjadi pribadi yang melayani Tuhan tidak hanya di gereja tetapi juga di keluarga, sekolah, dan masyarakat sekitar mereka yang mana hal tersebut sesuai dengan jargon Glow Teens: fun, right, and shine.
Remaja, mereka tetap bisa “fun” dan seru tetapi tetap tidak boleh melupakan “right” atau benar, bahwa dalam kecerian dan kebebasan tersebut tetap ada batasan yang mereka harus tetap jaga,”tambah Garren.
Terakhir mereka juga diharapkan dapat memberikan pengaruh bagi masyarakat sekeliling mereka dan menjadi “shine” bagi sekitarnya.
Kedepannya diharapkan agar kaum remaja ini dapat juga ikut aktif dalam melayani Tuhan, dan Glow Teens sendiri diharapkan dapat menjadi sarana dan wadah bagi kaum remaja untuk dapat berlatih melayani.
Kelompok cell dan kelompok-kelompok berdasarkan hobi dan minat rencananya juga akan dibentuk sebagai salah satu cara untuk dapat mengaktifkan kaum remaja dan mengajak mereka untuk dapat bersosialisasi dengan yang lainnya.
Usia belasan tahun acapkali disebut dengan usia “tanggung” dimana mereka tidak dapat lagi dimasukkan dalam kategori anak-anak dalam sekolah minggu dan kurang tepat untuk dimasukkan dalam kategori dewasa, merupakan alasan yang mendasari Gerren yang saat ini masih duduk di tahun kedua SMU mengeluarkan gagasan ibadah khusus untuk remaja.
Dalam pelaksanaannya, Glow Teens tetap berada di bawah naungan pastoral GBI Glow Fellowship Centre yang ikut menentukan pembawa firman setiap minggunya.
Dalam tiga bulan ini diharapkan dapat menjangkau 300 orang remaja untuk dapat bergabung dalam ibadah Glow Teens.
Gereja Katolik Roma di Spanyol telah melancarkan kampanye melawan aborsi sebagai kelanjutan dari pengumuman pemerintah pada awal Maret lalu yang bermaksud untuk membebaskan undang-undang ...