Ketua PGI: Pancasila Harus Dipertahankan sebagai Bingkai Dialog Antaragama
Saturday, Nov. 19, 2005 Posted: 9:04:36AM PST
Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Pendeta Andreas Yewangoe menegaskan kembali bahwa Pancasila adalah dasar untuk kehidupan yang majemuk dan dialog antar agama di Indonesia. Sejak awal negara ini didirikan untuk dan dalam kemajemukan. Karena itu setiap orang harus mempertahankan dan mengisi Pancasila itu. Sehingga kebhineka-tunggalika-an ada ruang untuk berdialog satu sama lain.
"Sebenarnya Pancasila itu kosong. Setiap kelompok masyarakat dan agama mengisi kekosongan tersebut," kata Andreas Yewangoe, Kamis (17/11), Suara Pembaruan memberitakan.
Untuk menjamin adanya keharmonisan di Indonesia yang terdiri dari berbagai agama maka pluralisme harus dijunjung tinggi. Apalagi pluralisme itu dijamin dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Tinggal bagaimana itu dilaksanakan secara murni dan konsekuen. Sebaliknya, kalau pluralisme saja tidak diakui maka potensi konflik akan tinggi.
Dalam konteks Kristen, pluralisme tidak bertentangan dengan ajaran gereja terutama Teologi Inkarnasi yang mengajarkan bahwa Allah menjelmakan diri menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus.
Dan pada saat bersamaan Dia mengangkat martabat manusia sebagai mitra-Nya. Itu berarti pula bahwa Allah sendiri memberi ruang kepada manusia untuk bersekutu dengan-Nya.
Kalau Allah saja memberi ruang bagi manusia, maka manusia juga harus memberi ruang atau space bagi sesamanya. Dengan memberi ruang bagi orang lain, maka dialog akan terbuka bagi sesama manusia tanpa peduli latar belakang orang yang mau diajak dialog tersebut. Tetapi dialog itu harus dilakukan dengan jujur dan tulus tanpa pretensi apa pun.
Kesediaan untuk berdialog dengan orang lain seperti itu akan menjamin keharmonisan di Indonesia. Sebaliknya, ketidaksediaan berdialog dengan kelompok lain akan menimbulkan radikalisme dalam kelompok masing-masing, apalagi kalau sikap tidak mau dialog itu ditambah dengan pengakuan akan imannya yang berlebihan.
Artinya, orang mengagung-agungkan imannya sebagai satu-satunya yang benar. "Nilai-nilai Kristiani itu baik, tetapi jangan terlampau diunggulkan sehingga merasa Kristen itu segala-galanya karena manusia juga berdosa," kata Pendeta Yewangoe.
Sehubungan dengan itu, Sidang Raya PGI yang lalu menegaskan bahwa gereja adalah gereja yang terbuka.
Maria F.
|