Dualisme Harus Dihindari, kata Pemimpin Gereja
Thursday, Jul. 7, 2005 Posted: 9:23:46AM PST
Sikap dualisme terdapat dalam warga gereja saat ini, dimana hanya mau melakukan hal baik di lingkup wilayah ibadah namun di luar itu dapat melakukan apa saja sekali pun itu dilarang agama. Sekretaris Umum (Sekum) BPS GMIM, Pdt Decky Lolowang MTh mengkritik persoalan ini dengan mengatakan bahwa kehidupan kekristenan warga gereja saat ini hanya terpaku pada kegiatan rutinitas. Harian Komentar memberitakan.
Menyikapi hal ini, Ketua Umum Pucuk Pimpinan KGPM, Gembala Teddy Batasina STh, juga mengatakan bahwa kondisi ini memang sedang melanda kehidupan warga gereja. Padahal, sebagai warga gereja yang mengaku diri sebagai pengikut Kristus, dituntut untuk memiliki sikap yang tidak mendua hati.
"Hakikat panggilan kehidupan kita sebagai orang Kristen adalah memberikan prioritas pada kekudusan. Dan ini berlaku secara menyeluruh tanpa membedakan wilayah rohani dan sekuler. Jadi keduanya harus sejalan," kata Batasina.
Sementara itu, salah satu Ketua Persatuan Gereja Pentakosta Indonesia (PGPI) Sulut, Pdt Honny Supit Sirapanji menyatakan, sikap dualisme ini memang sudah bukan rahasia lagi. Bahkan dalam Firman Tuhan yang terdapat dalam Lukas 15:1132 tentang perumpamaan anak yang hilang dengan gamblang dijelaskan. Di mana ketika anak bungsu yang terhilang datang untuk bertobat, namun anak sulung yang hidup berkelimpahan dengan bapanya malah memprotes.
Untuk menghindarkan sikap dualisme ini, sebagai orang Kristen perlu memproteksi diri dengan Firman Tuhan, kata Honny. "Sebab, jika kita tidak sadar diri, maka kita akan tergilas oleh arus kehidupan dunia ini," tukasnya seraya menambahkan bahwa jaminan kekristenan adalah menjadi pelaku Firman Tuhan.
Sandra Pasaribu
|