Penduduk sipil etnik Tamil Sri Langka yang tergusur secara internal sedang mengantri untuk mendapatkan makanan di tenda-tenda penampungan di Manic Farm di Vavuniya, Sri Langka, Minggu, April 26, 2009. (Foto: AP / Sanath Priyantha)
Pemimpin Persekutuan Injili Asia (AEA) Selasa kemarin menyambut baik keputusan yang diambil pemerintah Sri Langka untuk menghentikan serangan udara melawan kelompok Pembebasan Macan Tamil Elam di sebelah utara Sri Langka.
Pernyataan tersebut dikeluarkan oleh Presiden Sri Langka Mahinda Rajapaksa ,Senin lalu yang mengumumkan bahwa pertempuran yang terjadi di bagian utara kepulauan telah berakhir dan angkatan bersenjata telah diperintahkan untuk tidak menggunakan senapan kaliber berat, pesawat tempur dan senjata api.
Pasukan militer saat ini berfokus untuk menyelamatkan puluhan ribu penduduk sipil yang ditahan pada saat terjadi peperangan.
Rev. Dr. Richard Howell, sekretaris jenderal AEA, menghargai tindakan yang dilakukan oleh negara kepulauan tersebut dan menyerukan kepada gereja-gereja di seluruh dunia untuk selalu mengingat Sri Langka dalam doa mereka.
"Berdoa agar LTTE dan pemerintah Sri Langka akan menghentikan permusuhan, menghormati norma-norma kemanusiaan internasional, menerima upaya bantuan perlindungan untuk evakuasi penduduk sipil, dan mengerahkan segala upaya guna meminimalisir jatuhnya korban penduduk sipil dengan membuat zona aman dan membuat tenda-tenda penampungan bagi Orang - orang yang Tergusur secara internal (IDP),” ujarnya.
Ditambahkan pula, "berdoa agar dapat menerapkan standar perlindungan internasional dalam tenda-tenda pengungsian IDP, termasuk kebebasan bagi warga sipil untuk berpindah dan akses bantuan dari luar dapat diterima masyarakat sipil di tenda - tenda penampungan dan kelompok -kelompok lainnya yang mengalami penggusuran.”
Britania, Persatuan negara-negara Eropa, India dan Perserikatan Bangsa-Bangsa juga menyambut baik respon cepat yang dilakukan Sri Langka dalam menghentikan pertempuran dan meminta untuk menghentikan perang senjata secara tuntas.
Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan sekitar 50.000 orang tak bersenjata masih terjebak di daerah konflik, sementara pemerintah tetap bersikeras bahwa jumlah korban tidak lebih dari 20.000 orang.
LTTE mengatakan bahwa perang ini bertujuan untuk memisahkan diri negara yang tersusun atas 3,1 juta etnis minoritas Tamil, yang katanya telah diperlakukan secara diskriminatif di Sri Langka.
Minggu lalu Perserikatan Bangsa-Bangsa juga telah memperkirakan kemungkinan sekitar 6.500 orang penduduk sipil telah terbunuh dan 14.000 lainnya terluka dalam serangan yang dilakukan pemerintah tahun ini.