Fred Winter, seorang pendeta di Gereja Baptis Maryville, Illinois, Amerika Serikat, Minggu (8/3), tewas ditembak saat membawakan kotbah dalam kebaktian hari Minggu.
Menurut keterangan polisi, pendeta Winter sempat menangkis satu dari empat tembakan dengan menggunakan Kitab Suci di tangannya sehingga serpihan-serpihan kertas berhamburan di udara, dan mengejutkan para jemaat yang mengira ini bagian dari ilustrasi kotbah.
Menurut Direktur Kepolisian Illinois Larry Trent, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 08.00. Si penembak awalnya turun dari deretan bangku jemaat dan bicara sebentar dengan Winter, kemudian mencabut pistol semiotomatis kaliber 0,45 inci dan menembak sampai pistol itu macet.
Para jemaat semula menganggap ini sebuah drama bagian dari kotbah akhirnya mengejar penembak yang mencoba melarikan diri sambil mengacung-acungkan pisau, sebelum akhirnya dia menusuk dirinya sendiri. Dua jemaat terluka.
Dalam penyelidikan polisi, tak satu pun jemaat mengenal si penembak. Juga tidak ada seorang pun yang tahu apa yang sempat dibicarakan si penembak dengan Pendeta Winter. Untuk kepentingan penyelidikan, pihak Gereja akan memutar ulang rekaman suara dari seluruh rangkaian kebaktian. "Kebaktian itu tidak direkam dengan video," kata Trent.
"Kami (awalnya) mengira ini bagian dari sebuah drama pendek (dari kotbah Pendeta Winter). Ketika dia menembak, terlihat serpihan kertas berhamburan di udara," kata Linda Cunningham, salah satu jemaat.
"Kami baru duduk, menanti apa yang akan terjadi kemudian. Tidak yakin bahwa dia telah melukai pendeta," katanya lebih lanjut.
Saat penembakan itu terjadi, kata Cunningham, Pendeta Winters berdiri di altar untuk menyampaikan kotbahnya tentang bagaimana caranya mendapatkan kebahagiaan di tempat kerja. Dia baru berlari setengah jalan dari altar melalui tangga samping, sebelum akhirnya roboh.
Dua jemaat mencoba mengadang penembak, namun dia kemudian mencabut sebuah pisau yang panjangnya sekitar 10 cm. Ketiganya sempat bergumul sebelum akhirnya semua terluka. "Si penembak luka serius pada lehernya, sementara seorang jemaat luka di punggung bawah," kata Trent.
Para jemaat kemudian beramai-ramai menangkap dan membenturkan si penembak di antara bangku-bangku gereja, dan mengamankannya sampai polisi tiba di lokasi kejadian.
Pihak berwajib tidak mengetahui apakah Winter, bapak dua anak yang sudah melayani jemaat di gereja itu selama 22 tahun terakhir, mengenal si penembak atau tidak. Pihak kepolisian hanya mendeskripsikan si penembak sebagai lelaki dengan usia diperkirakan 27 tahun, tetapi tidak menyebut nama untuk kepentingan penyidikan.
Sejauh ini, kata Trent, penyidik belum bisa memastikan apakah motif penembakan itu kriminal murni atau ada motif lain seperti dendam atau persoalan kejiwaan.
"Kami belum tahu (hubungan antara penembak dan pendeta), kenapa dia di sini atau apakah suatu kebetulan dia datang ke sini. Sebab, dia baru pertama kali ini datang ke sini," kata Ralph Timmins dari Kepolisian Illinois.