Pengungsi korban letusan Gunung Sinabung beristirahat di sebuah posko penampungan sementara di Tanah Karo, Sumatera Utara, Jumat, 3 September 2010. (Foto: AP/Binsar Bakkara)
Umat Kristiani melalui gereja dan berbagai organisasi tetap menyalurkan bantuannya untuk pengungsi korban letusan Gunung Sinabung.
Sampai saat ini, bantuan dari donatur untuk pengungsi Gunung Sinabung terus mengalir. Menurut Harian SIB, hingga Selasa (7/9) sore, bantuan bencana letusan gunung Sinabung yang sudah masuk melalui rekening maupun penyerahan langsung ke posko utama mencapai Rp 4,9 milyar. Bantuan berupa uang tersebut diperkirakan akan terus bertambah, juga bantuan logistik yang diterima melalui sejumlah posko tempat penampungan.
Sejak awal, upaya-upaya koordinasi bantuan juga dijalankan secara efektif oleh Posko Tanggap Darurat Sinode Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) yang bekerja sama dengan organisasi-organisasi Kristiani seperti YTBI, GMKI, GAMKI, PWKI dan PGI. Saat ini terdapat 18 posko pengungsi yang didirikan GBKP yang menampung hingga 15.000 pengungsi.
Menurut Ketua PGI Pdt Andreas Yewangoe saat mengunjungi lokasi pengungsian, posko-posko yang didirikan gereja itu lebih cepat dalam memberikan bantuan tanpa ada prosedur yang berbelit-belit.
Perhatian dan bantuan tidak hanya berupa kebutuhan hidup sehari-hari para pengungsi. Tapi juga doa dan hiburan rohani yang dapat menghibur seluruh para pengungsi.
Seperti Yayasan Sentuhan Kasih yang bekerjasama dengan Sumatera Berdoa saat mengunjungi ribuan pengungsi letusan Gunung Sinabung, Sabtu. Selain memberikan bantuan, mereka juga melakukan pelayanan dengan membawakan puji-pujian dan mendoakan para pengungsi dan panitia.
Sementara itu umat Stasi Katolik Sukanalu Kecamatan Barusjahe mengumpulkan hasil pertanian mereka dan menyerahkan kepada pengungsi sebanyak 2 ton jenis sayur sayuran.
"Melihat bantuan yang sebelumnya kebanyakan yang di terima pengungsi sejenis makanan instan, kita usahakan memberikan sayur mayur untuk menjaga kesehatan dari pada pengungsi," ujar Romo Paulus Sembiring.
Menurut Moderamen GBKP Pdt Matius Barus, pengungsi sangat mengharapkan bantuan berupa pampers untuk balita, susu, minyak goreng dan gula. Sebab persediaan makanan hanya bisa untuk lima hari.
Gunung Sinabung yang telah tertidur selama 400 tahun itu meletus pada Minggu (29/8) silam. Kemudian disusul dengan letusan-letusan kecil, sampai pada letusan kelima, Selasa dini hari, yang ternyata sangat dahsyat. Akibatnya, warga yang sebagian telah pulang ke rumah kembali berhamburan keluar menuju tempat pengungsian.
Pasca letusan, puluhan desa juga diselimuti debu vulkanik setebal dua senti meter. Karena tebalnya debu, guyuran hujan deras tak mampu menghapus debu di kawasan dengan radius 6 Km dari Gunung Sinabung. Bau abu vulkanik bercampur aroma belerangterasa sangat menyengat indra penciuman. Karena itu, warga sekitar sangat berharap segera ada bantuan masker. PLH Kadis Kesehatan Kab Karo drg Irna, mengatakan, persediaan masker yang ada saat ini 54 ribu. "Tidak cukup jika dibagikan kepada masyarakat. Oleh karena itu kami akan koordinasi dengan camat, mana daerah yang lebih mendesak,” ujarnya.
Tanggap darurat yang rencananya akan berakhir Kamis (9/9) besok akan diperpanjang kembali hingga waktu yang tak bisa ditentukan.
Untuk menyalurkan bantuan melalui GBKP, silahkan kunjungi http://www.gbkp.or.id
Ketua Pelaksana Elisabeth Elsa dari Komunitas Pencinta Alam Sulawesi Selatan mengatakan sahur bareng bersama dhuafa digelar untuk mempersatukan perbedaan yang ada di Makassar. ...