Presiden Palestina Mahmoud Abbas, kiri, berjabat tangan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Sementara Raja Yordania Abdullah II, kedua dari kanan, Presiden Mesir Hosni Mubarak, duduk, dalam konferensi di White House di Washington, Rabu, 1 September 2010. (Foto: AP Images / Susan Walsh)
Sementara perundingan antara pemimpin Palestina dan Israel berlanjut, pemimpin sebuah tubuh gereja global menyarankan agar para negosiator memperhatikan keprihatinan umat Kristiani Palestina.
"Umat Kristiani Palestina prihatin terhadap masa depan mereka disini dan status mereka di Yerusalem," kata Pdt. Dr Olav Fykse Tveit, sekretaris jenderal Dewan Gereja Dunia (WCC), dalam pesan tertulis yang disampaikan ke negosiator Timur Tengah di Washington, D.C.
"Hak kependudukan mereka, dan juga seluruh warga Palestina yang tinggal di Yerusalem, dan juga hak asasi manusia untuk kehidupan keluarga dan reunifikasi keluarga terancam dengan berbagai batasan ketat yang saat ini dilakukan otoritas Israel. Ini harus berakhir agar para suami, istri dan anak-anak dapat berkumpul sebagai satu keluarga."
Status politik Yerusalem dan masa depan pengungsi Palestina termasuk isu-isu yang dipercaya sedang didiskusikan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang mulai berunding Kamis lalu.
Dua pemimpin itu setuju bertemu sekitar dua minggu sekali dan akan berusaha mencapai suatu bingkai perjanjian.
George Mitchell, duta besar khusus AS untuk Timur Tengah menjelaskan kalau perjanjian itu "lebih detail dari suatu deklarasi prinsip namun bukan perjanjian penuh."
"Mereka akan berusaha untuk menciptakan atmosfir kepercayaan yang kondusif untuk mencapai sebuah perjanjian akhir," katanya.
Tveit menekankan dalam pesannya bahwa negosiasi-negosiasi akhir mengenai status Yerusalem seharusnya melibatkan pemimpin gereja setempat, yang ia temui minggu lalu.
Ia memberitahukan keprihatinan terhadap perdebatan identitas religius di wilayah-wilayah tersebut yang mereka takuti akan semakin memarjinalisasi umat Kristen.
"Debat apapun mengenai komposisi religius di suatu wilayah adalah masalah internal," kata Tveit. "Namun, itu harus menjamin prinsip ekualitas dari seluruh warga dalam hak dan tugas mereka sebagai manusia."
Pemimpin WCC itu memohon "hanya kedamaian," yang sangat diminta umat Kristiani Palestina.
"Sekarang ada waktunya hanya untuk perdamaian," katanya. "Masa okupasi dan kekerasan harus berakhir."
AS memprakarsai negosiasi yang pertama sejak 20 bulan itu. Netanyahu dan Abbas akan bertemu lagi pada 14 dan 15 September di Timur Tengah.
Meski Palestina menginginkan wilayah di teritori yang Israel kuasai di perang tahun 1967 dapat independen, Israel bersikeras teritori itu bersengketa dan menekankan pentingnya keamanan di wilayah tersebut.
Komunitas Kristiani bawah tanah Somalia memohon sesama umat percaya untuk berdoa atas keselamatan mereka selama bulan suci Ramadan. ...