Umat Kristiani dan umat Muslim perlu terus-menerus meningkatkan dialog dan kualitas kerukunan hidup beragama. Melalui dialog yang dibangun dan tertata, seluruh persoalan yang muncul dalam hubungan antarumat beragama dapat dimusyawarahkan dan diselesaikan dengan baik.
Hal itu terungkap dalam pertemuan pimpinan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), dan Front Pembela Islam (FPI) di gedung KWI, Cikini, Jakarta, Rabu (1/9).
Dalam pertemuan itu hadir, antara lain, Sekretaris Jenderal KWI Mgr Pujasumarta Pr, Ketua Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan (HAK) KWI Mgr PC Mandagi MSC, rohaniwan Franz Magnis-Suseno SJ, Sekretaris Eksekutif Komisi HAK KWI Romo Benny Susetyo Pr, Ketua Umum PGI AA Yewangoe, Wakil Sekretaris Umum PGI Lie Makisanti, Ketua Umum FPI Al-Habib Muhammad Rizieq Syihab, dan Sekretaris Jenderal FPI Ahmad Sabri Lubis.
Menurut Habib Rizieq, melalui dialog, semua masalah di negeri ini dapat diselesaikan dengan cara-cara yang mengedepankan kesantunan, keramahan dan sesuai dengan budaya Indonesia, serta kekeluargaan.
Dengan demikian, Habib Rizieq berharap, ke depan, di Indonesia, tidak ada lagi kekerasan yang berlatar belakang agama, seperti di Ambon atau di Poso.
Benny Susetyo menambahkan, gereja Katolik terbuka berdialog dengan agama atau kelompok mana pun. Lewat dialog, kerukunan antarumat beragama dapat semakin ditingkatkan.
Terkait dengan rencana perbuatan tidak terpuji yang dilakukan sekelompok orang di Amerika Serikat (AS) terhadap agama Islam, Habib Rizieq mengimbau umat Muslim, termasuk umat non-Muslim, tidak terprovokasi.
Franz Magnis-Suseno menambahkan, rencana perbuatan tidak terpuji sekelompok orang di AS merupakan kelompok kecil yang picik. Motivasi kelompok itu juga tidak jelas apakah ingin memprovokasi umat Islam atau gereja-gereja yang dianggap lembek.
Sumber: Kompas
Jakarta akan menjadi tuan rumah konferensi transformasi Asia Pasifik (Asia Pasific Transformation Confrence-APTC) pada 10-13 Oktober mendatang. ...