Paus Kecam Pesimisme Tentang Pernikahan
Friday, Feb. 6, 2009 Posted: 12:01:11PM PST
VATICAN CITY – Paus Benediktus XVI mengecam sebutan yang tersebar luas mengenai pesimisme tentang pernikahan, sebagaimana dikatakannya Kamis lalu bahwa bukanlah suatu hal yang mustahil hal tersebut dapat terjadi.
Benediktus menyampaikan hal tersebut di Rota Roma, pengadilan Vatikan yang memutuskan pembatalan pernikahan, suatu proses dimana gereja secara efektif mendeklarasikan bahwa suatu pernikahan tidak pernah terjadi.
Situasi yang menyebabkan pembatalan termasuk di dalamnya penolakan oleh seorang suami atau istri untuk mempunyai anak atau yang disebut dengan"ketidakmampuan psikologis” salah satu pihak dari pasangan tersebut untuk menandatangai perjanjian pernikahan.
Paus mengatakan bahwa terlalu banyak yang melakukan pembatalan dengan alasan "ketidakmampuan psikologis " sehingga menyebabkan kesan pesimis dalam diri orang bahwa perkawinan merupakan suatu hal yang hampir mustahil terjadi.
Dia mengatakan agar hakim dan pengacara Rota harus mengikuti garis pedoman yang mengatakan harus ada suatu "kelainan mental secara spesifik” yang secara serius dapat menghalangi seseorang dalam menggunakan akal sehatnya baik dalam menyatakan sumpah pembatalan atau selama perkawinan.
Keprihatinan Vatikan sebagian besar ditujukan kepada Amerika Serikat, di mana pendekatan pembatalan sudah menjadi hal yang biasa di antara umat Katolik yang mana pemberian pembatalan tersebut dianggap terlalu mudah diberikan.
Menurut statistik Vatikan, Takhta Suci memperkirakan sekitar 70 persen dari semua permintaan pembatalan di seluruh dunia pertama kali berasal dari Amerika Serikat pada tahun 2002. Pada tahun itu, dari 56.000 permintaan pembatalan di seluruh dunia, sebanyak 46.000 disetujui.
Benediktus mengatakan agar gereja Katolik sebaiknya lebih menitikberatkan pada kemampuan tiap orang secara prinsip untuk dapat masuk dalam jenjang pernikahan.
Umat Katolik yang memperoleh pembatalan tersebut kemudian dapat bebas menikah di gereja.
Pendahulu Benediktus, Yohanes Pulus II, telah menunjukkan kecemasannya di balik apa yang dilihatnya sebagai pembatalan yang terkadang menurutnya terlalu mudah diberikan.
"Ditegaskan kembali bahwa manusia sejak lahir memiliki kemampuan secara alami untuk menikah, dalam kenyataannya, berawal dari suatu titik untuk dapat membantu pasangan tersebut menemukan realitas alami tentang pentingnya pernikahan tersebut untuk tujuan keselamatan,”ujarnya.
Nicole Winfield
The Associated Press
|