Ribuan Warga Nazareth Protes Bersama
Jumat lalu , Hayim Eliyahu Habibi, bersama istrinya Violet dan putri mereka yang berusia 20 tahun, menyulut kembang api yang disembunyikan di kereta bayi, di Gereja Basilika Kabar Baik, Nazareth.
Monday, Mar. 6, 2006 Posted: 11:12:30AM PST
Ribuan warga Nazareth turun ke jalan untuk memprotes insiden penyulutan bahan ledakan oleh sepasang suami-istri Israel di Gereja Basilika Kabar Baik, Nazareth, Jumat (3/3) lalu. Aksi damai ini dimulai dari balai kota Nazareth, Israel, dan berkumpul di gereja.
"Muslim dan Kristen bersatu!" tulis salah satu poster yang diusung demonstran sambil membawa bendera Palestina. "Israel menyebarkan kebencian," tulis spanduk yang lain. "Mereka menuding kita melakukan terorisme. Tapi, mereka sendiri melakukan terorisme."
Reaksi emosional itu merefleksikan rapuhnya status minoritas kaum Arab-Israel, yang telah begitu lama menerima diskriminasi di tangan mayoritas Yahudi, menurut LA Times.
Banyak dari demonstran yang menuduh pemerintah gagal untuk mencegah serangan tersebut, dan menolak pernyataan dari para pejabat resmi bahwa serangan Jumat itu sebabkan karena persoalan pribadi daripada motif-motif politik.
Insiden Jumat tersebut bermula ketika pasangan suami-istri, Haim Eliyahu Habibi dan Violet bersama dengan putri mereka yang berusia 20 tahun, pergi ke gereja dengan membawa kereta bayi. Mereka tiba-tiba menyulut kembang api yang disembunyikan di kereta bayi dari balkon gereja. Jemaat gereja itu tersulut emosinya melihat aksi tersebut dan memukuli mereka sebelum polisi tiba di tempat.
Setelah tiga jam bersitegang, keluarga Habibi digelandang melalui pintu belakang menyamar sebagai polisi untuk menghindari amukan massa. Semula, mereka diduga terlibat kelompok teroris. Namun, belakangan diketahui Habibi dan istrinya diduga stres. Sebab, mereka dinyatakan tidak layak menjadi orang tua dan terpaksa kehilangan anak-anaknya. Menurut keterangan polisi, Khabibi mengalami kesulitan keuangan. Petugas berwenang juga menyatakan Habibi bukan seorang ekstrimis Yahudi.
Beberapa surat kabar memberitakan, putri Habibi mengaku bahwa mereka terpaksa melakukan aksi itu untuk menarik perhatian pemerintah dan memprotes aksi pemerintah Israel yang "mengambil" dua saudaranya. Beberapa tahun lalu, keluarga Habibi pernah meminta suaka politik di sebuah kota di Tepi Barat yang dikuasai Palestina dengan alasan yang sama.
Namun, sebagian warga Arab membantah keterangan Israel. Mereka menilai pemerintah semestinya mampu mencegah aksi itu.
"Kami tidak mengerti mengapa dan bagaimana pria ini bisa kesini, melihat latar belakangnya. Siapa yang mengirimnya ke sini?" kata Latin Patriarch Michel Sabbah, pejabat atas Gereja Katolik Roma di Tanah Suci. "Semuanya tidak jelas. Tapi, hal ini memberikan alasan bagi kami mencemaskan masa depan kami," kata Sabbah, AP memberitakan.
Menlu Israel Tzipi Livni langsung menghubungi Vatikan, Jumat malam. Ia menegaskan kepada Paus, bahwa Israel melindungi kota suci umat Kristiani tersebut. Kantor perdana menteri mengatakan Perdana Menteri Sementara Israel Ehud Olmert telah bertemu dengan Wali Kota Nazareth, Ramez Juraisi untuk membahas masalah tersebut.
Kaum Arab-Israel menempati sekitar 20 persen populasi Israel dan merupakan keturunan dari keluarga yang tetap tinggal sementara ratusan ribu penduduk lainnya telah mengungsi atau dipaksa keluar selama perang pendirian negara Yahudi tahun 1948. Mereka kebanyakan menduduki Tepi Barat, Gulf Times memberitakan.
Next Page: 1 | 2 |
Sandra Pasaribu
|