Pemimpin Dewan Gereja-Gereja Dunia (WCC) dalam suratnya minggu ini mendesak presiden Nigeria untuk menjamin keamanan seluruh warga negaranya setelah keprihatinannya atas serangan yang terjadi baru-baru ini yang dilakukan oleh kelompok militan Muslim terhadap pihak keamanan yang telah menewaskan ratusan orang.
Memperhatikan mengenai sejarah panjang kekerasan sektarian di Nigeria, sekretaris jenderal WCC Rev. Dr. Samuel Kobia meminta kepada Presiden Umaru Musa Yar’Adua untuk “memberikan perhatiaan serius” pada wilayah Nigeria utara, dan menjamin keselamatan semua orang yang menjadi korban kekerasan di daerah tersebut, serta mengadili semua orang yang bertanggungjawab terhadap tindak kekerasan tersebut.
Seorang pendeta kelahiran Kenya juga mengatakan bahwa dia percaya bahwa kekerasan yang terjadi bukan didasarkan pada masalah perbedaan agama, tetapi lebih kepada politik.
Kemiskinan yang tersebar luas, korupsi, rendahnya pengaturan dan ketidakstabilan politik ditambah dengan penyalahgunaan wewenang oleh pihak keamanan “telah memicu terjadinya kekerasan dan ketidakamanan di negara tersebut,” kata pemimpin gereja dunia.
Minggu lalu, kelompok militan Muslim anti-barat Boko Haram, yang dikenal sebagai Taliban Nigeria, telah melancarkan beberapa serangan ke kantor polisi dan fasilitas-fasilitas yang ada di wilayah Nigeria Utara.
Meskipun beberapa laporan mengatakan bahwa kelompok tersebut tidak secara khusus menargetkan penduduk Kristiani pada serangan terakhir, namun telah mengakibatkan sedikitnya enam gereja hancur dan penduduk Kristiani dibunuh secara brutal, menurut keterangan sumber lokal.
Kelompok Solidaritas Kristiani Sedunia yang berbasis di Inggris melaporkan bahwa militan Boko Haram telah menangkapi penduduk sipil dan memaksa penduduk Kristiani untuk berpindah ke Islam atau mati. Laporan lainnya menunjukkan mengenai seorang pastor Nigeria yang ditusuk dengan belati sampai meninggal kemudian dibakar.
Uskup Agung Jos, Benjamin Kwashi, menyesalkan kurangnya perhatian dari pihak internasional terhadap kekerasan yang dialami oleh umat Kristiani dan gereja-gereja lokal yang dilakukan oleh kelompok ekstrimis Islamiah.
"Malangnya lagi penganiayaan yang terjadi terhadap Gereja secara sistematik kurang mendapat sorotan media,” ujar Kwashi." “Korban pertama adalah Ecclesia, yang ditaklukkan dan dikorbankan sebelum terjadi serangan apa pun pada saat didirikan, bahkan tak ada laporan apa pun yang menunjuk Kristiani sebagai target utama daripada lainnya. Untuk itu kami akan terus bersuara.”
Penduduk Nigeria terbagi atas Muslim dan Kristiani, yang mana komposisi penduduk Muslim lebih dominan di wilayah utara negara dan Kristiani sebagian besar tinggal di wilayah selatan. Meskipun demikian, anggota kedua kelompok tersebut juga ada yang tinggal dimana agama lainnya lebih dominan.
Merupakan suatu hal biasa mendengar laporan mengenai bentrokan yang terjadi antara Muslim-Kristiani di Nigeria utara.
JAKARTA – Dalam memilih dan menentukan siapakah pemimpin yang terbaik yang akan memimpin bangsa ...