Pemerintah diminta untuk lebih memperhatikan bencana kelaparan yang melanda Yahukimo saat ini, jika tidak kematian warga di daerah itu akan terus meningkat, desak seorang pendeta setempat.
Sekitar 2.500 warga yang tersebar di delapan kampung di Distrik Suntamon, Kabupaten Yahukimo, Papua, mengalami bencana kelaparan karena hasil kebun yang mereka tanam mengalami gagal panen.
Menurut Pendeta Isak Kipka, sudah ada sekitar 92 orang yang meninggal dunia di tujuh distrik di Kabupaten Yahukimo, yaitu Distrik Suntamon, Langda, Bomela, Seradala, Walma, Pronggoli dan Heryakpini.
Bencana kelaparan juag melanda Kabupaten Yahukimo tahun 2005 lalu dan memakan korban jiwa 128 orang.
Sementara itu Kepala Distrik Suntamon, Niko Banjo, juga berharap pemerintah kabupaten merespon dengan cepat bencana itu.
Ia mengatakan bencana kelaparan itu sudah terjadi sejak empat bulan lalu dan telah mengakibatkan 13 orang meninggal dunia di wilayahnya. Korban terbanyak adalah anak-anak yang tidak bisa makan cukup, sehingga mengakibatkan penyakit lainnya seperti muntaber, malaria, dan amuba. "Apalagi mereka tinggal di ketinggian," ujarnya, Kamis, seperti diberitakan Tempo Interaktif.
Tenaga medis yang berada di sana juga kesulitan untuk menangani pasien. Dari delapan kampung yang tersebar itu, hanya ada sekitar tiga balai pengobatan. "Masyarakat yang ingin berobat kadang-kadang tidak kuat untuk berjalan kaki menuju ke balai pengobatan yang terdekat. Sebab letak kampung yang satu ke kampung yang lain sangat jauh dan mereka juga harus berjalan kaki mendaki dan menuruni gunung," jelasnya.
Bencana kelaparan, lanjut Niko, sudah diduga sebelumnya, karena sepanjang tahun ini curah hujan tinggi di kabupaten pemekaran dari Kabupaten Jayawijaya itu sejak Januari hingga saat ini.
Masyarakat setempat hanya mengkonsumsi makanan sehari-hari dari hasil kebun mereka. "Jadi jika hasil kebun tidak berbuah, masyarakat pun tidak makan," ujarnya.
Menurut Niko, saat bencana tahun 2005 lalu, cukup mendapat perhatian serius dari pemerintah pusat. Untuk mengantisipasi hal ini, pemerintah menyediakan lumbung-lumbung tempat menyimpan makanan, jika sewaktu-waktu bencana ini terjadi lagi.
Tapi, lumbung-lumbung itu hingga saat ini tidak difungsikan. Pemda setempat juga tidak meyediakan bahan makanan di lumbung itu. "Kalaupun ada masyarakat yang menyimpan hasil kebunnya di lumbung, hanya sedikit sekali, dan tidak mencukupi untuk kebutuhan mereka. Apalagi tahun ini tidak memberikan hasil kebun sama sekali," ujarnya.
Niko menambahkan, pihaknya saat ini belum bisa berbuat banyak karena tidak adanya anggaran untuk masalah tersebut. "Kami membutuhkan makanan dan obat-obatan untuk warga yang sakit," katanya.
Beberapa kebutuhan mendesak dibutuhkan para korban gempa di sejumlah daerah di Jawa Barat. Diantaranya adalah tenda, obat, selimut dan makanan. ...