Jakarta – Tewasnya gembong teroris Noordin M Top dalam penggerebekan Tim Detasemen Khusus 88 pada (17/9) yang berlangsung selama 9 jam tersebut tidak serta merta menghapus jaringan terorisme di Indonesia.
Kapolri Bambang Hendarso Danuri pada Kamis (17/9) saat mengumumkan tewasnya Noordin M Top mengingatkan bahwa tewasnya gembong teroris Noordin M Top, tak berarti mengikis gerakan jaringan terorisme di Indonesia. Masih ada sejumlah teroris yang berkeliaran dan masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) polisi.
Noordin tewas tertembak setelah sekitar 9 jam terlibat baku tembak dengan Densus 88 di sebuah rumah kontrakan milik Susilo di Desa Kepuhsari, Mojosongo, Solo, Jawa Tengah.
Tiga orang teroris lainnya yang tewas dalam penggerebekan tersebut yakni Urwah alias Bagus Budi Pranoto, Ario Sudarso alias Aji, dan Hadi Susilo alias Adib.
Dalam penggerebekan tersebut, polisi juga menemukan dua pucuk senjata, beberapa karung berisi bahan pembuat bom, sejumlah uang serta satu hard disk internal.
Dilain pihak Kepala Desk Koordinasi Pemberantasan Terorisme Kementerian Koordinator Polkam Ansyad Mbai menilai bahwa, ideologi radikal yang menjadi "ibu kandung" gerakan terorisme masih hidup dan menimbulkan ancaman tersendiri, seperti dikutip oleh Kompas (18/9).
"Terorisme itu penyebab utama atau sumber utamanya adalah ideologi radikal atas nama agama. Ideologi ini belum mati dan masih marak. Inilah yang menjadi 'ibu kandung' gerakan radikalisme itu," ujar Ansyad.
Ansyad menambahkan bahwa gerakan radikalisme tersebut, menurutnya tak hanya bersifat nasional, tetapi transnasional. Keinginan ekstrimnya adalah mendirikan negara agama dan berpaham apa yang mereka yakini adalah yang paling benar. "Maka, kita semua harus tetap waspada," tukasnya.
Sejak aksi serangan sejumlah gereja pada malam Natal tahun 2000, Indonesia mengalami serangkaian insiden terorisme. Setahun setelah serangan kelompok teroris ke New York dan Washington DC, Amerika Serikat, pada 11 September 2001, Bali diserang kelompok Amrozi dkk pada 12 Oktober 2002 yang menewaskan sekitar 202 orang.
Sebelum serangan pengeboman di hotel Marriot-Ritz Carlton di kawasan Kuningan, Jakarta, terjadi, Indonesia sempat relatif aman dari insiden terorisme selepas Bom Bali tahun 2005.
Polri meyakini gembong teroris asal Malaysia, Noordin M Top, terlibat dalam banyak aksi penyerangan yang menelan ratusan korban jiwa di berbagai tempat di Indonesia dan selama 9 tahun diburu kepolisian Indonesia
Jakarta – Pemerintah Amerika Serikat dan Australia memberikan apresiasi kepada Indonesia atas keberhasilan Kepolisian Indonesia menewaskan gembong teroris asal Malaysia, Noordin M Top, dalam penggerebekan di Solo, Jawa Tengah pada Kamis ...