Petugas keamanan mengarahkan anjing pelacak di pintu pemeriksaan gerbang hotel J.W. Marriott di Jakarta, 29 Juli 2009. (AP Photo/Irwin Fedriansyah)
Para pemuka agama di Jakarta diminta untuk berhati-hati terhadap aktivitas yang mencurigakan di lingkungan mereka yang bisa mengarah pada terorisme.
Sebagai tokoh berpengaruh dalam komunitas mereka, para pemimpin agama diharapkan dapat menyebarkan informasi di komunitas mereka untuk mencegah lingkungan mereka disusupi oleh sel-sel teroris, kata Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Wahyono, Kamis lalu, menurut Jakarta Post.
Ia mengatakan interpretasi yang berbeda mengenai ajaran-ajaran agama, kemungkinan akar terorisme, mungkin telah menyebar di masyarakat sebagai akibat dari ketidakpedulian warga, atau toleransi terhadap satu sama lain.
Menurutnya, kebanyakan orang tidak mau mencari tahu tentang urusan orang lain, dan mudah menyambut orang baru ke komunitas mereka seperti saudara, hanya karena mereka juga Muslim. Mereka tidak cukup waspada. Hal ini bisa memberikan kesempatan bagi teroris untuk mengatur dan memulai lagi serangan. Itu sebabnya para pemimpin agama harus berjaga-jaga terhadap kegiatan eksklusif atau kegiatan rahasia di lingkungan mereka, katanya di hadapan sekitar 700 peserta di sebuah acara pengarahan mengenai ancaman teroris.
Beberapa anggota kelompok agama menghadiri pengarahan tersebut termasuk Majelis Ulama Islam (MUI), Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Persada Hindu, perwakilan dari Walubi dan Matakin.
Beberapa forum Muslim, termasuk Dewan Masjid Indonesia (DMI) dan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB), juga hadir di acara yang dibuka Gubernur Fauzi Bowo tersebut.
Wahyoni melanjutkan,teroris terus membuat sel-sel baru dan merekrut orang baru.
Peringatan ini datang karena polisi sedang memburu sejumlah teroris yang terlibat dalam pemboman di hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton.
Salah satu buronan, Saifudin Zuhri bin Jaelani, diyakini telah merekrut pelaku bom bunuh diri Dani Dwi Permana, 19 , dan Nana Ikhwan Maulana, 28 tahun.
Saifudin, menyamar sebagai ustad di masjid As-Suruur dan terapis di komplek perumahan Telaga Kahuripan di Bogor, Jawa Barat, sering mengotbahkan pandangan ekstrimnya di lingkungan masyarakat tersebut.
Masyarakat sekitar tidak mencurigai Saifudin terlibat dan tidak tahu kalau dia adalah anggota kelompok teroris. Pria berusia 32 tahun itu pernah mengadakan acara untuk pemuda di sebuah masjid di daerah pemukiman itu, dimana Dani Dwi Permana termasuk.
Hidayat Ahmad, wakil ketua FKUB Jakarta Pusat, mengatakan mungkin mudah bagi Saifudin untuk menyusup ke masyarakat, karena ia mengerti situasi di sana.
Menurutnya, Saifudin menargetkan orang yang naif, termasuk pemuda, di masyarakat. "Mereka mungkin menerima doktrin dia karena mereka tidak mengerti ajaran agama," katanya.
Untuk melindungi lingkungannya di Kramat Sentiong, Jakarta Pusat, menjadi tempat bernaung ajaran yang menyimpang, Hidayat mengatakan ia bekerjasama dengan para aktivis masjid dan masyarakat untuk mengembangkan rasa kewaspadaan.
Suha, anggota Forum Komunikasi Remaja Masjid, setuju. "Di lingkungan saya di Depok, tidak mudah bagi pendatang baru untuk menyusup sebuah masjid, karena biasanya aktivis adalah tokoh yang sudah tinggal disana selama bertahun-tahun," katanya.
JAKARTA - Aksi unjuk rasa kembali meramaikan Ibukota Jakarta pasca pelantikan Presiden dan Wakil Presiden periode 2009-2014, Selasa ...