Bencana tsunami terbesar sepanjang sejarah yang terjadi di Aceh dan Sumut pada 26 Desember 2004 , sehari setelah hari raya Natal mengundang simpati dan empati mendalam dari seluruh lapisan masyarakat. Masyarakat kecil tak berdosa ikut menjadi korban keganasan alam.
Manusia mulai menyalahkan Tuhan, mengapa Dia melakukan semuanya ini? Apa artinya? Mengapa Tuhan begitu kejam?
Pertanyaan-pertanyaan kecil ini pasti terbesit di hati setiap orang yang melihat kabar yang mengiris hati seperti yang terjadi di Aceh.
Jika direnungkan, peristiwa bencana ini mengandung makna yang sangat dalam bagi setiap manusia sebagai makhluk ciptaanNya bahwa betapa besarnya kekuatan Tuhan terhadap alam. Sementara manusia sangat rapuh sehingga tak kuasa berhadapan dengan alam. Segala kepintaran manusia dalam hal teknologi, yang dapat membuat alat untuk mendeteksi gempa seakan tidak ada gunanya. Manusia tidak dapat meramalkan kapan akan terjadi bencana, kecuali hanya Tuhan yang tahu.
Bencana luar biasa ini seharusnya bisa memberi pelajaran berharga kepada kita semua, terutama Indonesia. Selama ini masyarakat Indonesia sudah terlalu sombong dan angkuh. Kejahatan dimana-mana, bahkan agamapun dijadikan alasan untuk melakukan kekerasan.
Maka, ketika gempa bumi dahsyat yang disertai air bah memorakporandakan sebagian negeri kita yang indah ini, manusia tidak bisa berbuat apa-apa, dan hanya bisa menyerahkan semua ini kepada Tuhan.
Dari bencana ini, Tuhan ingin memperingatkan kita agar tidak saling tuduh-menuduh mengkaitkan musibah ini dengan kesalahan seseorang. Kita semua di hadapan Tuhan adalah makhluk berdosa. Marilah kita segera bertobat dan berbagi penderitaan bersama dengan para korban tanpa memandang suatu agama tertentu.
Pluralisme Keagamaan di Indonesia - II Oleh: Franz Magnis Suseno Walaupun konsensus dasar Pancasila –Indonesia milik seluruh bangsa, bukan hanya bagian mayoritas jarang sekali disangkal, namun dalam kenyataan konsensus dasar itu ...