KUALA LUMPUR — Meskipun Pengadilan Tinggi Malaysia telah mengizinkan penggunaan kata "Allah" bagi non-Muslim, namun sekelompok Muslim di Malaysia menyatakan keberatan atas putusan itu.
Pengadilan Tinggi Malaysia, Kamis (31/12/2009), memutuskan bahwa suratkabar mingguan The Herald berhak memakai kata "Allah" setelah perdebatan panjang antara pihak koran tersebut dan pemerintah negara mayoritas Muslim ini.
The Herald telah memakai "Allah" sebagai terjemahan "Tuhan" pada edisi bahasa Melayunya. Namun, pemerintah berpendapat bahwa kata "Allah" seharusnya hanya digunakan untuk kaum Muslim.
Pengadilan akhirnya memutuskan bahwa suratkabar Katolik itu memiliki hak konstitusional untuk memakai kata "Allah", dan menyatakan tak berlaku terhadap putusan pemerintah yang terdahulu melarang penerjemahan tersebut sebagai "ilegal". "Tim pengacara pihak pemerintah belum memutuskan untuk naik banding. Tapi sejumlah kelompok Muslim menolak keputusan tersebut.
"Putusan pengadilan itu tak benar, dan kami berencana mengadakan demonstrasi besar-besaran untuk memprotes," kata Syed Hassan Syed Ali, Sekjen Pribumi Perkasa Malaysia. Ia dan 50 aktivis Malaysia lainnya telah mengadakan protes kecil atas putusan itu di luar sebuah masjid, Jumat (1/1/2010).
"Kami prihatin bahwa kemenangan di pengadilan tersebut akan memberi alasan bagi misionaris nasrani untuk menggunakan kata itu sehingga membuat rancu (identitas) Muslim dan mengganggu keharmonisan antaragama," ungkapnya.
Penasihat Federasi Asosiasi Pelajar Malaysia, Reezal Merican, mengatakan, walaupun putusan pengadilan itu harus dihormati, pemerintah harus banding.
"Kami ingin hidup damai dengan semua agama di sini, tetapi kata 'Allah' secara tradisional di Malaysia telah digunakan untuk merepresentasikan Tuhan-nya umat Muslim, yang berbeda dari Tuhan dalam kekristenan, dan ini harus diperjelas," tukasnya.
Mufti Negara Bagian Perak Utara juga mengkritik putusan itu dan menyebutnya sebagai "penghinaan bagi umat Muslim di negara ini," seperti dikutip Utusan Malaysia yang berbahasa Melayu.
The Herald dicetak dalam empat bahasa, dengan sirkulasi 14.000 eksemplar per minggu di negara yang berpopulasi Katolik 850.000 orang itu.
Kasus pengadilan ini sebenarnya hanya merupakan satu dari serangkaian perdebatan agamawi yang telah berlangsung selama beberapa tahun yang menimbulkan ketegangan hubungan Muslim Malaysia dengan kaum minoritas seperti warga China dan India yang khawatir bahwa negara itu ter-Islamisasi.
Mojokerto – Empat gereja di kota Mojokerto mendapat pengamanan ketat hingga Tahun Baru 2010. ...