Dokumen foto menunjukkan sebuah gereja rumah di Cipayung, Jakarta, yang dilarang untuk beribadah oleh kelompok Muslim pada Agustus 2008. (Foto: Compass Direct News)
Berdoa adalah suatu tindakan sederhana. Apalagi di negeri ini, yang menyatakan sebagai negara demokrasi terbesar di dunia yang takut akan Tuhan dan menolak disebut negara sekuler. Hal ini seperti mematikan pikiran yang melekat dalam proses birokrasi untuk mendapat surat ijin mengemudi atau perpanjangan paspor.
Namun di Pisangan Jaya, Tangerang, Banten, Bedali Hulu hidup dalam kecemasan sejak dua bulan yang lalu, saat puluhan anggota organisasi Islam berkonfrontasi dengannya setiap kali jemaatnya berdoa di hari Minggu, seperti diberitakan The Jakarta Post.
Meskipun ekstremis belum melakukan tindakan kekerasan, mereka mengintimidasi Bedali dan 40 anggota Gereja Kristen Baptis Jakarta (GKBJ), sehingga mereka harus berdoa dibawah tekanan.
"Bagaimana kami bisa berdoa jika ada segerombolan orang berteriak dengan kata-kata mengancam di luar setiap Minggu?" kata Bedali baru-baru ini.
Tempat itu adalah sebuah rumah kecil yang dindingnya berbatasan dengan tetangga yang terletak di kompleks perumahan Sepatan Residence.
Ia mengatakan protes terhadap kegiatan jemaatnya mulai mencuat pada tahun 2005. "Waktu itu tempatnya beda tapi masih di desa yang sama," katanya.
"Beberapa anggota dari kelompok-kelompok Muslim memerintahkan kami untuk pindah karena mereka tidak ingin kami berdoa di sana. Jadi kami pindah untuk membuat mereka senang, tapi kemudian kelompok lain aktivis datang dan memerintahkan kami untuk pindah lagi, dan sekarang kami disini," katanya.
Asun, yang tinggal di seberang jalan dari gereja, mengatakan kalau ia lebih takut pada para pengunjuk rasa daripada jemaat gereja.
"Mereka datang setiap Minggu. Kalau timbul perkelahian dan rumah kita rusak, siapa yang akan bertanggung jawab?" katanya. Asun menambahkan sebagian besar penduduk di lingkungan tidak terganggu oleh kehadiran gereja, tapi bingung dengan kemarahan yang mencuat.
Namun kepala desa Pisangan Jaya Sa’adudin tidak sependapat. "Kami setuju gereja harus pindah ke tempat lain, karena kami tidak ingin ada kekerasan di sini," katanya. "Warga setempat yang tidak mau ada kegiatan yang berkaitan dengan Kristen di lingkungan ini," katanya.
Dia menambahkan, rumah tidak dapat digunakan sebagai tempat ibadah. "Ini melanggar aturan perumahan," katanya, sambil menambahkan jemaat harus pindah jauh dari desa, dan tidak ke daerah pemukiman.
Bedali mengatakan jemaatnya tidak melanggar aturan bangunan.
"Kami bukan gereja, kami adalah kelompok dari gereja yang sama yang berdoa bersama-sama di sini karena gereja GKBJ terdekat di Cengkareng (Jakarta Barat), yang cukup jauh," katanya.
Ke-Kristenan di dunia saat ini mulai mengambil wajah pribumi, gerakan Pentakosta, menurut seorang ahli. ...