Ketika masih kecil, C.S. Lewis senang membaca buku E. Nesbit, terutama Five Children and It. Dalam buku ini, beberapa anak kakak beradik pada liburan musim panas bertemu dengan peri pasir kuno yang mengabulkan satu keinginan mereka setiap hari. Tetapi setiap keinginan hanya menimbulkan masalah bagi anak-anak tersebut dan bukannya membawa kegembiraan, karena mereka tidak bisa memperkirakan akibat dari terkabulnya segala sesuatu yang mereka inginkan itu.
Alkitab memberi tahu kita untuk menyatakan segala keinginan kita kepada Allah (Filipi 4:6). Tetapi doa itu tidak hanya menyatakan kepada Allah apa yang kita ingin Dia lakukan untuk kita. Ketika Yesus mengajar murid-murid-Nya bagaimana seharusnya berdoa, Dia mulai dengan mengingatkan mereka, "Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya" (Matius 6:8).
Apa yang kita sebut "Doa Bapa Kami" lebih merupakan hidup dalam hubungan yang bertumbuh dan memercayai Bapa surgawi daripada mendapatkan apa yang kita inginkan dari-Nya. Ketika kita bertumbuh dalam iman, doa kita tidak akan lagi berupa daftar keinginan, tetapi akan lebih berupa percakapan akrab dengan Tuhan.
Menjelang akhir hidupnya, C.S. Lewis menulis, "Jika Allah mengabulkan semua doa tolol yang pernah saya panjatkan selama hidup, sekarang saya akan berada di mana?"
Doa merupakan cara menempatkan diri kita di hadirat Allah untuk menerima apa yang sungguh-sungguh kita perlukan dari-Nya—DCM
Sumber: sabda.org
Berdoa mampu mencegah seseorang dari depresi (tekanan kejiwaan), kata seorang dekan Psikologi di negeri ini. ...