Amsal 13:12-25
Perikop ini sebenarnya masih melanjutkan nasihat untuk menerima didikan yang benar dari Tuhan sendiri. Ketekunan menjadi kata kunci untuk maju, orang yang gampang putus asa tidak akan menerima apa-apa (12). Orang yang meremehkan didikan pun akan menanggung akibat dari kebodohannya sendiri (13). Orang yang menerima didikan akan menjadi bijak dan berakal budi, tahu menghindar dari jebakan orang-orang fasik dan tetap hidup (14-16), serta cakap pula mengajar orang lain (17).
Tuhan mendidik umat-Nya dalam kebenaran dengan tujuan untuk mendorong orang yang sudah hidup benar agar bertahan, bahkan memaksimalkan kebenaran (mis. 16a, 20a, 22a). Tujuan lainnya adalah untuk memperlihatkan sikap dan akibat kefasikan (16b, 20b, 22b). Di sini Tuhan mendidik orang dengan memperhadapkan orang pada akibat-akibat yang harus ditanggung bila hidup dalam ketidakbenaran.
Amsal juga mendorong pendengarnya untuk ambil bagian dalam mendidik orang lain, terutama anak-anak sendiri. Meski tidak mudah, orang tua bertanggung jawab terhadap pertumbuhan iman dan karakter anak-anak mereka. Itulah tanggung jawab yang diberikan Tuhan kepada para orang tua. Orang tua yang tidak mendisiplin anaknya, perlu dipertanyakan kasihnya. Itu menunjukkan kurangnya perhatian mereka pada perkembangan karakter anak-anak mereka. Oleh karena itu, orang tua perlu meninggalkan kesaksian dan warisan yang baik untuk anak-anak (22). Bukan semata-mata berupa harta materi, tetapi juga kebajikan, kesalehan, dan karakter yang mulia. Kalau diperlukan, jangan takut untuk mendisiplin anak dengan tegas agar mereka tetap tinggal dalam kebenaran (24). Anak yang tidak pernah mendapat koreksi dari orang tua, dapat tumbuh tanpa memiliki pengertian tentang kebenaran.
Kiranya setiap orang tua meminta hikmat dari Tuhan agar memiliki cara mendidik yang benar. Tentu saja agar setiap anak juga hidup berdasarkan hikmat Tuhan.
Diambil dari sabda.org
Berdoa mampu mencegah seseorang dari depresi (tekanan kejiwaan), kata seorang dekan Psikologi di negeri ini. ...