Komunitas Kristiani mungkin berantakan, tapi namun bukan berarti novelis selebritis Anne Rice harus "berhenti ... menjadi Kristiani," kata seorang pendeta di California.
Pendeta Dan Kimball, pengarang They Like Jesus but Not the Church: Insights from Emerging Generations, mengatakan dia bertemu banyak orang yang mempunyai pandangan negatif tentang gereja seperti Rice. Tapi dia percaya mereka salah paham akan makna keluar dari komunitas Kristus.
"Saya sedih karena Anne mengalami apa yang dia alami. Tapi satu hal yang sangat penting bagi Anne dan juga siapapun yang ingin berhenti ke gereja harus pahami, bahwa (berhenti ke gereja) sama artinya berhenti menjadi diri mereka sendiri," tulis Kimball dalam sebuah surat elektronik ke The Christian Post. "Kita adalah gereja."
Rice, pengarang Interview with the Vampire, menyatakan di halaman fans Facebook-nya Rabu lalu kalau dia "berhenti dari ke-Kristenan dan menjadi Kristiani."
"Tidak mungkin lagi bagi saya 'termasuk' dalam kelompok yang suka bertengkar, bermusuhan, argumentatif ini," tulis Rice. "Selama sepuluh tahun, saya mencoba. Saya gagal. Saya orang luar. Kesadaran saya tidak akan membiarkan lagi."
Dia mencontohkan alasan-alasan mengapa dia menggambarkan gagal untuk sesuai dengan ke-Kristenan terorganisir, termasuk dia bukan anti-gay, anti-feminis, anti-kontrol kelahiran artifisial, anti-Demokrat (partai Demokrat), ataupun anti ilmu pengetahuan.
Akan tetapi, Rice, mempertahankan kalau dia masih berkomitmen pada Kristus.
Kimball, pendeta Vintage Faith Church di Santa Cruz, California, mengatakan komentar-komentar Rice terdengar seperti belum pernah mengalami "luasnya 'ke-Kristenan' dan gereja."
"Seperti mengatakan ‘California tidak begitu indah’ didasarkan hanya melihat daerah Fresno atau Bakersfield yang datar,” kata Kimball. "Saya tidak merendahkan atau mengatakan apapun yang dia alami tidak menyakitkan ... tapi ke-Kristenan yang saya tahu dan alami setiap harinya bukan yang dia gambarkan."
Pendeta yang tidak konvensional itu menambahkan, "Hati saya sangat sedih memikirkan kalau dia tidak mengalami ke-Kristenan yang penuh kasih, sukacita, bahkan kadang kacau dan gereja-gereja yang ada di luar sana."
Ia menawarkan untuk bertemu dengan Rice dan merekomendasikan belasan gereja yang akan mengubah pandangannya tentang ke-Kristenan.
Rice tumbuh di rumah tangga Katolik, tapi menolak iman saat ia berusia 18 untuk mencari pengetahuan. Pada 1998, ia kembali ke Gereja Katolik dan sejak saat itu sangat vokal membericarakan iman Kristianinya. Setelah kembali ke ke-Kristenan dari atheisme, ia berhenti menulis novel vampir dan kemudian menulis buku-buku Krsitiani.
Dalam video "I Am Second" yang disiarkan awal tahun ini, Rice mengatakan dia hanya akan menulis bukuuntuk Tuhan yang "didevosikan bagi Yesus Kristus."
Kembalinya ke iman Kristiani di depan publik dan kesalehannya untuk Tuhan membuat pernyataan Facebook-nya sangat mengejutkan di seluruh dunia.
Pemimpin gereja modern Brian McLaren, pengarang “A New Kind of Christianity,” merespon pengumuman tersebut dengan mengakui ia kadang berkontemplasi untuk berhenti dari gereja untuk alasan-alasan yang sama seperti Rice.
Tapi dia belum melakukannya karena menyadari bahwa setiap kelompok manusia yang ia temui punya permasalahan "kefanatikan, intoleransi, kekerasan, kebodohan, dan kesombongan."
"Bahkan, meski jika saya berdiri sendiri, menjauhi setiap kelompok yang ada, saya tahu kalau di dalam diri saya ada benih-benih semua hal-hal ini," tulis McLaren dalam blog Belief dari CNN. "Jadi tidak ada pelarian dari kondisi manusia."
Sementara Rice membawa satu pertanyaan yang valid dan penting mengapa gereja-gereja tidak terlihat seperti Kristus, banyak pendeta mengatakan - berdasarkan pengalaman mereka sendiri - kalau orang Kristiani bukan orang yang sempurna dan mereka sendiri masih dalam proses ('works in progress').
Hasil polling CNN pekan lalu menunjukkan bahwa sekitar 70 persen warga Amerika Serikat menentang pembangunan mesjid dan pusat komunitas di dekat lokasi Ground Zero. ...