Tanpa pendidikan yang baik tidak mungkin Indonesia bisa berkembang lebih baik dan terbebas dari ketertinggalan.
Hal tersebut diutarakan usahawan dan ketua Yayasan Pelita Harapan James T Riady pada peresmian Sekolah Lentera Harapan di Desa Afia, Gunung Sitoli Utara, Nias, Sumatera Utara, Selasa (15/1).
Peresmian sekolah yang diharapkan menjadi tonggak bangkitnya pendidikan Nias dilakukan bersama oleh James dengan Bupati Nias Binahati B Baeha, tokoh palang merah Singapura Christopher Chua, serta Konsul Singapura di Pekanbaru Raj Kumar. Berkapasitas 1.000 murid, sekolah itu terdiri dari SD, SMP dan SMA.
Pendidikan Moral
James juga menekankan, sekolah yang cuma berorientasi pada kecerdasan murid hanya menghasilkan lulusan yang pintar, tapi kurang dalam segi moral. Bagi dia, sekolah yang baik haruslah menggabungkan pendidikan untuk kecerdasan, keterampilan, pengetahuan yang luas, dan budi pekerti yang baik. Dengan begitu, kita tidak khawatir pada masa depan yang makin kompetitif.
James menyatakan, ia lebih suka sekolah yang tak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga budi pekerti, kultur, dan sisi esensial ketuhanan. Para lulusannya akan mempunyai simpati pada orang-orang susah. Kalau ada malapetaka, mereka pasti langsung turun tangan.
"Saya menggugah semua orang untuk hirau pendidikan. Hanya dengan itu bangsa ini akan maju," katanya, seperti diberitakan Kompas.
Peduli pada pendidikan, kata James lagi, tidak hanya ditunjukkan dengan cara membangun banyak sekolah. Sejumlah aspek juga harus diperhatikan, termasuk menyiapkan guru berkualitas dan pelajaran bermutu.
Dia menjelaskan, urgensi pendidikan tersebut juga berkaitan dengan kemajuan yang sangat cepat namun menghasilkan kesenjangan yang semakin besar. Dia mengatakan, pada satu sisi ada orang yang semakin hari semakin kaya sementara di sisi lain banyak kantong-kantong kemiskinan.
Kesenjangan juga terjadi antara yang terdidik dan tidak terdidik, sehat dan tidak sehat, memiliki peluang dan tidak memiliki peluang. Namun, "Kalau kita melihat secara jujur situasi seperti ini kita sadar bahwa kuncinya adalah pendidikan," kata James.
Bila tidak ada fokus dan prioritas pada pendidikan, kesenjangan tidak akan berkurang. Maka, pendidikan terkait dengan upaya mengangkat human capital masyarakat agar bisa hidup lebih baik.
Berkaitan dengan itu, menurutnya Yayasan Pelita Harapan ikut berkontribusi untuk membangun sekolah-sekolah dengan fokus utama membangun sekolah-sekolah di daerah tertinggal, termasuk di Pulau Nias. Namun, James mengatakan, pendidikan tanpa pondasi yang benar juga tidak akan membawa perubahan.
Peran Gereja Kurang
Tiga pondasi kehidupan menurut James adalah sekolah, pendidikan dan gereja. Ketiga pondasi utama itu saling terkait, tidak terpisahkan, namun keluarga merupakan pondasi yang paling utama.
James menekankan peningkatan kualitas pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai Kristen yang penting di tengah perubahan dunia yang begitu cepat dan menuntut adaptasi. Perubahan harus diimbangi dengan nilai dan moral Kristiani, sehingga perubahan tersebut bermanfaat bagi setiap manusia.
"Banyak sekolah-sekolah dan model pendidikan yang dikembangkan dunia modern saat ini, namun minim sekali yang menanamkan nilai-nilai kemanusiaan secara utuh. Sekolah-sekolah yang berbasis pada nilai-nilai Kristen menjadi jawaban dalam krisis dunia pendidikan saat ini. Namun langkah seperti ini butuh komitmen dan keseriusan semua pihak untuk memulainya," kata James seperti diberitakan Suara Pembaruan.
Pengembangan pendidikan tersebut juga harus menjangkau daerah-daerah tertinggal dan terpencil untuk mendorong pembangunan manusia. Untuk itu, pengembangan daerah-daerah terpencil, seperti di Nias, juga membutuhkan dari tenaga pendidik.
Rektor Universitas Pelita Harapan, Jonathan L Parapak dalam kesempatan itu juga menyoroti makin merosotnya pendidikan Kristen yang pernah menjadi kebanggaan pendidikan di Indonesia. Keunggulan kualitas pendidikan Kristen tersebut dimotori oleh gereja-gereja yang sudah pudar dalam 20 tahun terakhir.
"Saya berasal dari Toraja yang mirip dengan kondisi di Nias. Satu-satunya anugerah Tuhan adalah sumber daya manusia. Inilah menjadi perhatian kita bersama untuk mengangkat kualitas sumber daya manusia. Dua puluh tahun lalu pendidikan Kristen menjadi kebanggaan banyak orang, tetapi sekarang sudah ketinggalan, apalagi peran gereja pun sudah berkurang," ujar Jonathan.
JAKARTA – Selepas kunjungannnya ke kantor Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Kardinal Jean-Louis Tauran (66) bertemu dengan para ...