Hot Topics » Pakistan Swat valley Sri Lanka conflict Abortion Barack Obama India Lausanne Movement

Teolog Dunia Berdebat Dasar Teologis untuk Kekerasan

Daniel Blake
Koresponden Kristiani Pos

Posted: Dec. 05, 2006 18:51:07 WIB

Duapuluh lima teolog dari seluruh dunia akan berkumpul di dekat Lausanne, Swiss, pada 5 sampai 8 Desember, untuk mendebatkan mengapa dan untuk apa kekejaman tertentu dapat diperhitungkan sebagai tema baru bagi refleksi teologi.

Pertemuan yang akan dilaksanakan di kota Crêt-Bérard itu diperlakukan sebagai prioritas utama setelah adanya publisitas berkelanjutan yang melingkupi berbagai macam isu di seluruh dunia tahun-tahun terakhir ini.

Pertemuan itu akan berfokus pada dasar teologis untuk membahas isu-isu seperti tahanan politik di Irak dan Guantanamo, Libanon yang terjebak antara Hisbullah dan Israel, genosida masa lalu dan saat ini, kekerasan terhadap suku Dalit, penggunaan pemerkosaan sebagai senjata perang, berbagai macam bentuk terorisme dan counter terrorism, penyiksaan, xenofobia dan rasisme, kekerasan domestic – semua adalah contoh kekejaman yang dipublikasikan media di seluruh dunia.

Dewan Gereja Dunia (World Council of Churches/WCC), menjelang acara tersebut telah mengajukan beberapa pertanyaan untuk dipertimbangkan: “Apakah kekejaman? Apakah itu benar-benar topos teologis yang baru? Apa kaitannya dengan kemanusiaan si korban dan juga si pelaku? Bagaimanakah kekejaman dapat membuat rekonsiliasi menjadi proses yang sulit dan rumit karena hasil traumanya yang “menular” di siklus kekerasan yang tiada akhir? Dan yang paling penting, bagaimana gereja-gereja dapat merespon berbagai manifestasi yang berbeda mengenai kekejaman?”

Diorganisir oleh WCC dan Evangelical Lutheran Church in America (ELCA), pertemuan para teolog itu akan membahas isu-su kekejaman yang melampaui padangan umum bahwa itu hanyalah suatu perilaku kebiasaan – sebuah perspektif yang mengantarnya ke alam psikologi.

Mereka akan berfokus pada fakta yang sering dilupakan, bahwa nyatanya, budaya, tradisi dan juga struktur sosial, ekonomi dan politik mempunyai kekejaman, dan juga menciptakan etos yang “memampukan” orang menjadi kejam.

Dua kasus studi dari konteks dan perspektif yang berbeda akan menyediakan dasar untuk debat teologis. Studi-studi itu adalah mengenai terorisme dan counter-terrorism, penyiksaan, genosida, apartheid, rasisme, pemerkosaan sebagai senjata, sex trafficking, okupasi militer, kastaisme, dan kekerasan terhadap wanita.

Di semua kasus, diskusi akan berfokus pada pelajaran yang didapat dari komunitas yang sedang dan masih berjuang dan bertahan menghadapi situasi kekejaman, untuk mengeksplorasi sebuah teologi baru mengenai salib yang, mengatasi pemojokan korban, mengarahkan kebaikan, belas kasih dan pengampunan, dan memampukan gereja-gereja merespon fenomena dengan pengertian akan rekonsiliasi yang diperbaharui.

Konsultasi yang berjudul, 'Sebuah refleksi teologis terhadap kekejaman, si wajah buruk dari kekerasan' itu adalah bagian dari pekerjaan komisi Iman dan Aturan WCC untuk memfasilitasi refleksi teologis mengenai kedamaian dalam konteks Dekade untuk Mengatasi Kekerasan (Decade to Overcome Violence).

Next Story : Rektor Atmajaya: Frans Seda Tekankan Agar Atmajaya Mampu Garami Dunia

Terpopuler

Headlines Hari ini