Hot Topics » Pakistan Swat valley Sri Lanka conflict Abortion Barack Obama India Lausanne Movement

Atmajaya Gelar "Seminar Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia"


Posted: Feb. 12, 2006 02:58:20 WIB

Sebagai tanda kepedulian terhadap situasi bangsa yang terus menerus terpuruk karena tindakan imoral dalam bentuk korupsi di segala lini masyarakat, Ikatan Alumni Universitas Katolik Atma Jaya mengadakan seminar 'Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia' yang dihadiri oleh ahli etika politik Prof. Dr. Magnis Suseno SJ, Todung Mulya Lubis S.H, dan Muhammad Sigit dari KPK, di Unika Atmajaya Jakarta, Jumat (10/2). Rektor UAJ Bernadette N Setiadi, PhD, dan Ketua Ikatan Alumni UAJ Gaudens Wodar juga turut hadir dalam acara tersebut.

Frans Magnis Suseno mengatakan, pada dasarnya korupsi sebuah tindakan yang selalu menggerogoti ketahanan bangsa dan negara di semua bidang penting. Korupsi ini pada akhirnya mempengaruhi ketahanan moral bangsa.

"Korupsi ini bukan saja mempengaruhi moral bangsa saja, tetapi ketahanan bangsa dan negara di semua bidang. Korupsi ini seperti rayap. Karena itu koruptor sama saja dengan maling, tidak lebih dan tidak kurang. Koruptor langgar keadilan sosial," ujarnya, Suara Pembaruan memberitakan.

Orang maupun lembaga yang korup tidak lagi dapat membedakan antara yang benar dan salah, lanjutnya. "Ini fatal. Orang menjadi biasa menipu, mencuri, bermain curang dan tidak bertanggungjawab," ujarnya.

"Dengan demikian korupsi melumpuhkan ketahanan moral bangsa seluruhnya. Korupsi merusak karakter bangsa dan jati diri bangsa," tambah Romo Magnis.

Selanjutnya Romo Magnis menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi munculnya korupsi yaitu kondisi struktural, faktor budaya, dan efek disintegrasi sosial. Korupsi tergantung pada struktur-struktur kekuasaan.

Unsur kuncinya adalah apakah negara hukum berfungsi. Di sisi lain, kebudayaan juga bisa berperan dalam memunculkan korupsi, namun ada juga nilai-nilai yang bisa menghambat atau mempersulit merajalelanya korupsi. Akhirnya kondisi seperti itu memaksa masyarakat menengah ke bawah sebagian dilempar ke dalam perjuangan tanpa ampun agar bisa survive.

Sejalan dengan itu, Todung Mulya Lubis mengatakan bahwa salah satu perjuangan terberat adalah berperang melawan persepsi publik bahwa usaha pemberantasan korupsi belum banyak.

"Apa pun yang dilakukan pemerintah dan berbagai usaha menyeret para koruptor ke pengadilan, tetap dilihat oleh masyarakat bahwa langkah itu belum terlihat banyak," tegasnya.

Next Story : Kardinal Tauran Imbau Para Intelektual Menyiapkan Diri Untuk Mengembangkan Dialog Antaragama

Terpopuler

Headlines Hari ini