Pemimpin Protestan dan Katolik berkumpul di Chicago pada hari Kamis untuk menandai ulang tahun kesepuluh perjanjian ekumenis monumental yang dibuat antara dua tradisi iman.
Dianggap sebagai kesepakatan yang paling signifikan sejak Reformasi, Deklarasi Bersama tentang Doktrin Pembenaran (Joint Declaration on the Doctrine of Justification) ditandatangani oleh Vatikan dan Lutheran World Federation pada 31 Oktober 1999 dalam upaya untuk mengakhiri sengketa doktrinal berabad-abad.
"Selama ratusan tahun, isu pembenaran oleh iman memisahkan umat Katolik dan Protestan," kata Uskup Gregory Palmer, presiden Amerika Dewan Uskup Gereja Methodis, dalam sebuah pernyataan. "Kesepakatan ini merayakan konsensus mengenai kebenaran dasar tentang dokstrin pembenaran."
Methodis bergabung dengan perjanjian pada tahun 2006 dalam pertemuan Dewan Methodis Dunia di Seoul, Korea Selatan.
Perwakilan dari ketiga tradisi akan merayakan di Gereja Old St Patrick di Chicago sementara perayaan kedua dijadwalkan akan berlangsung pada tanggal ulang tahun yang sebenarnya di Jerman, di mana deklarasi bersama itu ditandatangani.
"JDDJ adalah kesaksian kuat apa yang bisa dicapai jika gereja-gereja berdialog dalam menangani pertanyaan-pertanyaan yang telah memisahkan kita selama berabad-abad," kata Presiden LWF Pendeta Mark S. Hanson, yang juga menjabat sebagai Ketua uskup Gereja Lutheran Injili di Amerika.
Doktrin pembenaran berada di tengah Reformasi abad keenam belas. Sebagaimana dinyatakan LDDJ, "pembenaran adalah inti dari semua sengketa" antara Gereja Katolik Roma dan tradisi Lutheran. Dengan demikian, kedua kelompok iman percaya bahwa pengertian umum tentang pembenaran adalah "mendasar dan penting" untuk mengatasi pemisahan.
Pembenaran, menurut dokumen itu, adalah pengampunan dosa, pembebasan dari dominasi kuasa dosa dan kematian, dan dari kutukan hukum, dan itu adalah penerimaan ke dalam persekutuan dengan Allah - yang semuanya berasal dari Allah saja, demi Kristus, oleh anugerah, melalui iman di dalam Injil Anak Allah.
Dalam pengertian bersama mereka, gereja-gereja Lutheran dan Gereja Katolik Roma bersama-sama mengaku: "Oleh kasih karunia saja, dalam iman dalam karya keselamatan Kristus dan bukan karena tindakan apapun dari pihak kita, kita diterima oleh Allah dan menerima Roh Kudus, yang memperbaharui hati kita sambil mempersiapkan dan memanggil kita untuk perbuatan baik."
Deklarasi bersama ini tidak mencakup semua yang diajarkan gereja mereka tentang pembenaran tapi mencakup konsensus tentang kebenaran dasar ajaran Kristen.
Namun, tetap ada perbedaan dalam bahasa, elaborasi teologis, dan penekanan dalam memahami pembenaran yang berkaitan dengan hal-hal seperti tindakan baik tapi Lutheran dan gereja Katolik mengatakan perbedaan itu tidak merusak konsensus mengenai kebenaran dasar.
JDDJ bukannya ditandatangani tanpa keberatan. Beberapa pihak dalam tradisi Lutheran terkejut melihat para pemimpin mereka melakukan apa yang mereka gambarkan sebagai langkah kompromi.
Robert Preus, penulis buku Pembenaran dan Roma, mengatakan kesepakatan itu mengkompromisasikan kesaksian Lutheran atas doktrin injili Lutheran mengenai pembenaran dan pengakuan prinsip itu sendiri.
Namun demikian, deklarasi bersama itu sering dikutip sebagai prestasi penting dalam sejarah agama, kata Pendeta Donald J. McCoid, eksekutif badan Ekumenis dan Hubungan Antar-Agama ELCA.
Pertemuan Chicago dihadiri oleh diantaranya Hanson; Sekjen Umum LWF Pendeta Ishmael Noko; Kardinal Francis George, yang memimpin Keuskupan Agung Katolik Chicago dan presiden Konferensi Uskup Katolik Amerika Serikat dan Palmer.
JAKARTA – Ingin merayakan Natal dengan nuansa asli Bethlehem? Tidak perlu jauh-jauh ke Betlehem, karena Natal ala Bethlehem akan hadir di ...