Para warga berkabung di gedung olahraga Sekolah Dasar Beslan No. 1, tempat berlangsungnya serangan teroris terburuk di Russia dalam sejarah, dalam sebuah acara untuk mengingat 333 anak-anak dan orang dewasa yang tewas, Minggu, 3 Sept. 2006. (AP / Sergei Grits)
Puluhan remaja mengenakan kaus hitam bertuliskan "Anti-Terror" berkumpul bersama para orang tua dan siswa dari Sekolah Nomor Satu Beslan untuk memperingati serangan teroris terburuk di Rusia dua tahun lalu, Jumat (1/9) lalu.
Ratusan foto, nyala lilin, hamparan bunga anyelir merah di lantai ruang olahraga sekolah itu ditambah alunan musik melankolis menambah haru suasana yang penuh dengan isak tangis para orang tua dan kerabat korban.
Di sekolah itu setahun yang lalu, sekelompok militan Islam menyandera lebih dari 1.100 siswa, guru, dan orang tua.
Tiga hari penyanderaan yang dimulai 1 September 2004, para sandera yang sebagian besar anak-anak kelaparan dan kehausan. Kisah penyanderaan berakhir dengan banjir darah setelah dua roket ditembakkan ke sekolah itu. Sebanyak 186 dari 331 korban adalah anak-anak, sebagian besar tewas akibat ledakan dan baku tembak atau terbakar hingga tewas dalam kebakaran akibat ledakan.
Di seluruh Rusia, termasuk siswa di wilayah North Ossetia, Kaukasus, menghadiri peringatan tersebut yang disebut Hari Pengetahuan. Sekolah Beslan dibuka hingga Selasa (5/9) untuk menghormati para korban.
Keluarga korban dan korban yang selamat memperingatkan pejabat Rusia untuk tidak menghadiri peringatan tersebut. Sebagian besar menyatakan kesedihan akibat kehilangan orang-orang yang mereka cintai makin mendalam karena pemerintah menyembunyikan kebenaran seputar peristiwa itu dan menolak bertanggung jawab.
Tim penyelidik pemerintah menyimpulkan hanya seorang dari 32 penyerang yang berhasil selamat. Sisanya tewas dalam penyerbuan pasukan penyelamat.
Satu-satunya penyerang yang selamat, Nur-Pashi-Kulayev divonis hukuman seumur hidup Mei lalu. Bulan Juli, Shamil Basayev, pemimpin militan Chenchen yang mendalangi penyerbuan sekolah di Beslan tersebut serta serangkaian serangan teroris brutal lainnya tewas dalam truk yang meledak.
Namun, sebuah penelitian yang dilakukan komisi parlemen dan dipublikasikan pekan ini menuduh pemerintah bertanggung jawab atas jatuhnya banyak korban dalam penyanderaan itu.
Yuri Savelyev, politisi yang juga pakar bahan peledak, menyatakan dua ledakan yang memicu kebakaran disebabkan oleh granat yang diledakkan dari luar sekolah, kemungkinan besar diluncurkan oleh pasukan keamanan, bukan oleh bom yang dirakit militan di dalam sekolah, seperti yang dinyatakan jaksa penuntut.
Ella Kesayeva, ketua kelompok aktivis Voice of Beslan, mengatakan penemuan Savelyev sama dengan kesimpulan mereka. Kelompok itu, merujuk pada pengakuan Kulayev dan vonis Pengadilan Konstitusional Rusia, mengatakan pengadilan rendah mengabaikan detail kejadian penangkapan dan berakhirnya penyanderaan.
"Kami tiba pada kesimpulan bahwa negara bertanggung jawab atas kematian para sandera," katanya.
Saat ditanya wartawan apakah kebenaran sepenuhnya akhirnya bakal diungkapkan, politisi setempat, Stanislav Kesayev, mengatakan, "Tidak dalam masa kami."
Sementara itu Presiden Vladimir Putin, Minggu (3/9), menyatakan tragedi penyanderaan Beslan akan selalu menjadi rasa sakit yang mendalam bagi Rusia. Pernyataan itu disampaikan Putin pada peringatan kedua serangan tersebut yang dihadiri Patriarch of Moscow dan All Russia Alexy II di Katedral Yesus Sang Juru Selamat, Moscow, Minggu.
"Pembunuhan wanita dan anak-anak yang tidak berdosa mengguncang tidak hanya negara kita, tetapi juga seluruh dunia. Tragedi ini, kesedihan para orang tua yang kehilangan anak-anak tercinta mereka, akan tetap menjadi rasa sakit kita bersama," kata Putin. (AP/ Ria Novosti/SH)
Badan perwakilan Kristiani di Malaysia menyerukan untuk segera melepaskan lebih dari 15.000 Alkitab yang disita oleh pihak pemerintah tahun ini, yang mana penyitaan tersebut melanggar hak konstitusional mereka. ...