Pemberontak Muslim mengusir lebih dari 1.000 orang Kristiani dari sebuah desa pertanian di Filipina bagian selatan dan mengambil alih tanah mereka, ungkap seorang walikota Jumat lalu.
Anggota bersenjata Moro Islamic Liberation Front (MILF) memasuki pedesaan di pinggiran pantai Sangay di kota Kalamansig di Mindanao yang sudah penuh dengan persoalan, Rabu, meminta bahan pangan dan beras yang baru dipanen oleh para petani, kata Walikota Kalamansig, Rolando Garcia, menurut Associated Press.
Dulu pemberontak bersenjata biasa meminta makanan dan hanya tinggal sebentar di desa, tetapi kali ini mereka menyuruh warga desa pergi dan menempati tanah mereka.
Berhadapan dengan sekitar 300 pasukan bersenjata MILF, warga yang ketakutan melarikan diri ke Kalamansig, kota yang terletak sekitar tiga jam dengan menaiki kapal sedangkan pemberontak tinggal di desa.
"Saya menyuruh pasukan penjaga perdamaian di sana menyelesaikan masalah secara damai tetapi mereka dipaksa untuk menarik kembali pasukan untuk menghindari pertumpahan darah," kata Garcia. Sebanyak 14 polisi dikirim ke wilayah tersebut, menurut AP.
Tidak ada laporan terkini tentang kekerasan atau korban.
Garcia mengatakan sekitar 1.200 warga berada di tempat perlindungan dan terlalu takut kembali ke perkebunan mereka, menurut Reuters.
Juru bicara MILF Eid Kabalu mengatakan kelompoknya mengambil alih tanah yang merupakan kepunyaan mereka.
Selama lebih dari tiga dasawarsa, MILF berjuang untuk mendirikan negara Muslim di daerah selatan Filipina yang sebagian besar Katolik.
Selama beberapa dasawarsa perang telah membunuh 120.000 jiwa dan dua juta orang harus mengungsi.
Pada 2003, kelompok pemberontak setuju untuk bergencatan senjata dengan pemerintah Filipina dalam upaya pembicaraan damai yang diatur oleh Malaysia. Namun beberapa pemberontak frustrasi dengan pembicaraan perdamaian yang panjang dengan Manila, yang telah mengelak sejak Desember 2007.
Minggu lalu, Malaysia mengungkapkan bahwa sekitar 20 dari 41 orang dari pasukan perdamaian akan kembali pada 10 Mei dan sisanya akan ditarik pada akhir Agustus karena proses perdamaian tidak mengalami kemajaun.
Presiden Filipina Gloria Macapagal Arroyo berulang kali mengatakan dia menginginkan perdamaian, namun para anggota kabinetnya menolak memberi wilayah pada Muslim, menurut Reuters. Selain itu, kelompok Kristiani yang secara politik sangat kuat di sebelah selatan akan menentang kesepakatan.
Kabula mengatakan pemimpin kelompok tidak menyetujui pengambilalihan wilayah, dan bahwa MILF melakukan pembicaraan dengan para pejabat untuk memecahkan situasi di Sangay. Dia juga menekankan bahwa situasi tersebut bersifat lokal dan tidak ada kaitannya dengan perundingan pemerintah dan para pemberontak.
Badan perwakilan Kristiani di Malaysia menyerukan untuk segera melepaskan lebih dari 15.000 Alkitab yang disita oleh pihak pemerintah tahun ini, yang mana penyitaan tersebut melanggar hak konstitusional mereka. ...