Di bawah tekanan dari pemerintah pusat, para pejabat Cina lokal dari kota Fushan diam-diam menawarkan untuk membayar 1,5 juta yuen (sekitar 2 milyar) untuk kerugian gereja yang mereka ratakan minggu lalu.
Pada Sabtu malam, para pejabat keamanan memojokkan enam pemimpin gereja di Fushan dan membawa mereka ke tempat pertemuan rahasia untuk bernegosiasi dengan 20 pejabat pemerintah, menurut Asosiasi ChinaAid.
Para pejabat keamanan menyatakan keinginan untuk menebus kesalahan dengan para pemimpin gereja setelah ditekan pemerintah pusat. Dilaporkan pemerintah pusat khawatir jika insiden itu diketahui secara luas dikenal akan mengotori 60 tahun perayaan Hari Nasional pada 1 Oktober.
Pemimpin gereja Fushan, meski masih marah karena penghancuran 17 bangunan di kompleks gereja, dilaporkan bersedia untuk bekerja sama. Mereka menyampaikan keprihatinan mengenai anggota gereja yang masih dirawat di rumah sakit akibat serangan, dan meminta 1,5 juta yuan untuk menutupi kerugian.
Negosiasi berlanjut sampai malam, dan pada satu titik dilaporkan seorang pejabat berteriak, "Tapi gedung gereja itu sendiri ilegal!" Istri Pendeta menjawab, "Bahkan jika itu adalah gereja ilegal, apakah harus dengan kekerasan?" Pejabat itu dilaporkan tidak membalas.
Di Cina, semua gereja diberi mandat untuk mendaftar dengan tubuh gereja Protestan atau Katolik yang dikelola pemerintah yang mengawasi operasi mereka. Namun, puluhan ribu orang Kristen di Cina beribadah di gereja-gereja yang belum terdaftar karena mereka menentang gagasan tentang kegiatan gereja yang dipantau pemerintah.
Setelah malam panjang diskusi, para pejabat Fushan secara lisan setuju pada Minggu pagi untuk membayar 1,4 juta yuan jika anggota gereja berjanji untuk tidak membangun bangunan keagamaan di masa depan. Pihak berwenang memerintahkan mereka untuk menyebut bangunan itu dengan nama apa pun kecuali gereja.
Presiden ChinaAid Bob Fu, berkomentar bahwa anggota-anggota gereja Cina tidak yakin janji itu tulus. Sampai hari Selasa, katanya, gereja masih belum mendengar apa pun dari para pejabat.
"Ini mungkin taktik untuk menunda tindakan melawan pemerintah sebelum Hari Nasional pada 1 Oktober," kata Fu.
Insiden itu terjadi seminggu yang lalu pada 13 September ketika sekitar 400 orang dengan setelan polisi menggerebek "Pabrik Sepatu Kain Kabar Baik", yang berfungsi sebagai tempat untuk Gereja Fushan. Mereka menggunakan buldoser untuk menghancurkan bangunan batu bata itu dan menyerang anggota gereja yang sedang tidur di lokasi pembangunan dengan menggunakan batu bata dan benda-benda lain. Lebih dari 100 orang terluka. Beberapa orang tidak sadar, sementara yang lain membutuhkan transfusi darah atau masker oksigen.
Anggota Gereja Fushan, dilaporkan berjumlah 80.000, tiba beberapa jam kemudian untuk ibadah gereja dan terkejut menemukan bangunan telah hancur.
Serangan terhadap gereja rumah digambarkan belum pernah terjadi sebelumnya karena skala kerusakan dan kebrutalan serangan terhadap anggota-anggota gereja.
Pada hari Senin, Aliansi Gereja Rumah Cina, sebuah jaringan pendeta gereja rumah dan jemaat yang berbasis di Beijing, mengeluarkan pernyataan resmi mengenai serangan Fushan. Pernyataan itu mencela tindakan pemerintah dan menunjuk hak-hak kebebasan beragama yang dijamin oleh Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik.
"Pemerintah telah melakukan kejahatan terhadap hak milik sipil, hak-hak sipil dan kebebasan beragama, itu adalah propaganda ironis yang pemerintah daerah [klaim] 'untuk rakyat,'" bunyi pernyataan CHCA.
"Kami berharap pemerintah daerah tidak akan mempermalukan orang-orang Cina dengan perilaku jahat mereka," tambahnya.
ChinaAid minta pada masyarakat internasional untuk memprotes perlakuan brutal terhadap umat Kristiani di Cina dengan berdoa dan menghubungi kantor-kantor di Fushan, yang dibawahi kota Linfin.
Di Web: http:/ / www.chinaaid.org/
Uskup Agung Bangalor kota bagian Selatan India mengatakan bahwa “tidak ada paksaan konversi agama” oleh Kristiani di Karnataka, serta mengatakan bahwa “tuduhan tersebut tidak benar”. Karnataka, dengan Bangalor sebagai ibu kotanya, ...