Jaringan teroris di Indonesia ternyata lebih besar dan lebih berpengalaman dari yang selama ini dipikirkan oleh banyak pihak, menurut sebuah kelompok pemrihati keamanan.
Tidak hanya itu, menurut laporan terbaru International Crisis Group (ICG), perekrutan anggota baru dalam jaringan yang dibangun Noordin M Top dilakukan dengan mudah sehingga jaringannya terus berkembang dan meluas.
"Lebih dari sebulan setelah pemboman hotel 17 Juli di Jakarta, jaringan Noordin justru semakin meluas dan menjadi lebih berpengalaman dari sebelumnya. Noordin mungkin masih menjadi 'komandan'-nya, tapi dia memiliki sejumlah orang kepercayaan yang sangat luar biasa saat melakukan debut pertamanya dalam pemboman hotel," demikian dinyatakan ICG dalam laporannya seperti dilansir AFP, Kamis.
Pemboman di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton menewaskan 9 orang termasuk 2 pelaku bom bunuh diri dan 6 warga asing. Mereka kembali beraksi setelah 'kekosongan' selama 4 tahun terakhir, sejak peristiwa Bom Bali II tahun 2005.
Noordin, 41, saat ini menjadi tersangka teroris paling dicari di Indonesia, bahkan jaringannya disebut sebagai "Al-Qaeda di Kepulauan Melayu". Dia diduga menerima dukungan langsung dari Al-Qaeda saat peristiwa Bom Marriott I tahun 2003 lalu, yang menewaskan 12 orang. Namun hingga kini dugaan itu belum bisa dibuktikan.
Polisi telah menewaskan 3 anggota jaringan Noordin dan menangkap 5 orang lainnya yang diduga terlibat. Termasuk di antaranya Mohamad Jibril Abdurahman, yang juga dikenal sebagai "Pangeran Jihad" yang diduga sebagai pihak yang mendanai pemboman dalam Juli lalu.
Mengenai hal tersebut, analis ICG Sidney Jones mengatakan Mohamad Jibril bukanlah anggota jaringan Al-Qaeda, tapi dia diketahui pernah berhubungan dengan kelompok Osama bin Laden beberapa waktu lalu.
Pemerintah dan DPR sepakat mengamandemen Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme agar penanganan teror yang semakin kompleks dapat diselesaikan secara maksimal dan efektif. ...